Kanji Rumbi, Makanan Sehat Warisan Sultan

Budi Darma sedang mengaduk kanji rumbi di Masjid Al-Furqan, Gampong Beurawe, Banda Aceh. Foto: Razi/RMOLAceh.
Budi Darma sedang mengaduk kanji rumbi di Masjid Al-Furqan, Gampong Beurawe, Banda Aceh. Foto: Razi/RMOLAceh.

Lepas salat Zuhur, Budi Darma, 50 tahun, mulai sibuk menyiapkan aneka bumbu di Masjid Al-Furqan Beurawe, Banda Aceh. Dibantu rekannya, dia menyiapkan sebuah kuali besar lengkap dengan gas LPG 12 kilogram.


Riuh-rendah di dapur masjid, Ahad siang itu, tak lain karena mereka sedang memasak bubur kanji rumbi, makanan khas Aceh yang ditunggu-tunggu jemaah masjid untuk menu berbuka puasa. 

Dua belangan besar berada di pinggiran tembok tinggi. Di dalamnya sudah terisi bubur kanji rumbi yang telah diracik dengan rempah-rempah khas Aceh. Lalu dua orang secara bergantian mengaduk bubur ini hingga merata.

Konon, bumbu dan rempah-rempah yang dimasukkan ke dalam bubur kanji rumbi ini dinilai dapat memberikan kesehatan tubuh bagi orang yang sedang berpuasa.

Sembari terus mengaduk biar rata, sesekali Budi Darma terlihat sibuk menyetel apa agar kematangan bubur kanji rumba itu merata.

Kanji rumbi merupakan salah satu penganan khas Aceh yang berbentuk bubur. Dimana kuliner ini menjadi menu sajian untuk berbuka puasa yang sangat diminati oleh masyarakat Beurawe dan sekitarnya saat bulan Ramadan.

Saban hari, Budi bersama dua asistent-nya memasak bubur kanji rumbi sebanyak dua belanga besar, untuk menu buka puasa di masjid dan dibagikan kepada warga sekitar.

Budi Darma, yang akrap disapa Bang Agam, merupakan generasi keenam yang terus menjaga dan merawat tradisi memasak bubur kanji rumbi di bulan suci Ramadan hingga kini. 

Sekretari Desa (Sekdes) Beurawe, Muhammad Al Kausar, mengatakan bahwa tradisi memasak bubur kanji rumbi di Masjid Al-Furqan, Gampong Beurawe sudah berjalan 27 tahun.

“Sampai sekarang masih kita pertahankan tradisi buka puasa bersama dengan menu khas kanji rumb ini,” kata Kausar kepada Kantor Berita RMOLAceh di Masjid Al-Furqan, Beurawe, Ahad, 26 Maret 2023. 

Menurut sepengetahuan Kausar, dasar mulanya kanji rumbi ini berasal India hingga juga rempah-rempahnya. Saat itu Gampong Beurawe kerap kedatangan majelis tabligh dari berbagai daerah, lalu menetap berbulan-bulan hingga tahun.

“Itu sejak tahun 96 kalau saya nggak salah dan sampai saat ini. Terakhir dikembangkan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Beurawe lah,” kata dia. 

Kasuar menjelaskan, proses memasak bubur kanji rumbi membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Jika dimasak dengan gas LPG, maka waktu memasaknya juga lebih cepat.

Bahan utama kanji rumbi adalah beras. Beras ini kemudian dicampur dengan sejumlah rempah-rempah atau sayuran yang telah diiris kecil-kecil. 

Kausar menjelaskan, tradisi masak bubur kanji rumbi ini tujuan utamanya untuk menu berbuka puasa bagi masyarakat di masjid Al-Furqan.

Kondisi ini, kata dia, dimulai satu Ramadan hingga selesai. Tak jarang juga dilanjutkan dengan puasa Syawal mendatang. 

“Tujuannya juga untuk mempersatukan masyarakat dan untuk menarik minat jamaah lebih ramai datang ke masjid,” jelasnya.

Kemudian untuk bahan utamanya itu beras, kemudian ada bumbu racikan khusus dari kokinya dan juga di dukung oleh rempah-rempah Aceh. 

Semua bahan utama seperti beras, udang, serai, wortel, jahe, daun sop, hingga beberapa bahan lainnya kemudian disatukan dalam satu belangan berukuran besar.

“Khasiat dari kanji rumbi ini terutama untuk menjaga stamina tubuh dan lebih utamanya untuk pencernaan tubuh kita,” ujar Kausar.

Setiap harinya, kata dia, untuk menu buka puasa di masjid setempat, pihaknya menyiapkan 200 porsi lebih bubur kanji rumbi.

“Kemudian sisanya itu kita bagikan ke masyarakat. Kalau biaya satu belanga ini Rp 800 ribu,” sebutnya.

Menurutnya, semua biaya untuk memasak bubur kanji rumb ini merupakan sumbangan atau swadaya dari masyarakat Gampong Beurawe. 

Lantaran tradisi ini sudah turun temuran dan dikenal masyarakat luas, banyak warga datang untuk mengambil bubur kanji rumbi di masjid ini. Meskipun, dibeberapa masjid lain juga telah mengikuti hal yang sama. 

“Yang mengambil kanji rumbi ini bukan hanya warga Beurawe saja, ada juga dari sekitaran gampong dan dari Aceh Besar,” ujar dia. 

Sementara itu, pemerhati sejarah dan budaya Aceh, Tarmizi Abdul Hamid, menjelaskan bahwa makanan ini tidak pernah absen dalam kegiatan keagamaan dan hari-hari besar dalam budaya serta adat di Aceh. 

“Apalagi saat bulan puasa, kanji rumbi ini sangat dinanti dan diminati oleh masyarakat Aceh,” ujar Tarmizi yang karib disapa Cek Midi, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Ahad, 26 Maret 2023.

Cek Midi mengatakan, Aceh merupakan daerah peradaban dan pusat perdagangan dunia, terutama rempah-rempah. Dimana, masing-masing pendatang membawa tradisi makanannya tersendiri untuk dikembangkan di Aceh.

"Banyak para pendatang yang notabenenya berdagang membawa kulinernya lalu menetap dan menikah dengan orang Aceh, sehingga makanan yang dibawanya tersebut menjadi milik orang Aceh," kata Cek Midi. 

Kolektor Manuskrip Kuno ini, mengatakan bubur kanji rumbi menjadi sangat istimewa jika si pembuat mampu memadukan makanan ini dengan rempah-rempah yang tepat. Karena di setiap rempah, terdapat khasiat yang diyakini bermanfaat penting bagi kesehatan tubuh. 

"Rempah-rempah yang tumbuh di Aceh bisa menjadi imun bagi tubuh. Banyak dedaunan menjadi bumbu masakan. Begitu juga dengan kanji rumbi, dimasak dengan rempah pilihan yang memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh,” ujar Cek Midi.