Kawasan Hutan Primer dan Sekunder Menyusut Drastis

Aktivis menggugat kerusakan hutan di Kalimantan. Foto: Profauna.
Aktivis menggugat kerusakan hutan di Kalimantan. Foto: Profauna.

Tim tanggap darurat bencana di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membeberkan bahwa dalam kurun 10 tahun terakhir terjadi pengurangan luas area hutan primer dan sekunder yang signifikan di Kalimantan Selatan.


Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh di Lapan, Rokhis Khomarudin, menjelaskan bahwa di rentang tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan sebesar 129 ribu hektare. Hutan primer berkurang sebesar 13 ribu hektare dan hutan sekunder 116 ribu hektare.

Selain itu, sawah dan semak belukar masing-masing 146 ribu hektare dan 47 ribu hektare. Tidak hanya itu, Lapan juga merekam bahwa area perkebunan meluas cukup signifikan yaitu 219 ribu hektare.

"Perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di Daerah Aliran Sungai Barito, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk mendukung upaya mitigasi bencana banjir di kemudian hari," kata Rokhis seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 20 Januari 2021.

Sementara itu, data Lapan juga menyebutkan bahwa total area perkebunan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito kini mencapai 650 ribu hektare. Sedangkan luas hutan di DAS tersebut mencapai 4,5 juta hektare. Artinya, perkebunan telah menghabiskan 12 hingga 14 persen dari keseluruhan area. 

Penyebab banjir di Kalimantan Selatan terus menjadi perdebatan. Ini karena luas cakupan banjir yang menggenang di 10 kabupaten/kota, sementara Presiden Joko Widodo sebatas menyebut penyebab banjir adalah intensitas curah hujan yang tinggi.