Kebangkitan Pariwisata Aceh di Tengah Pandemi

Destinasi wisata Joel’s Bungalow. Foto: Muhammad Fahmi/RMOLAceh.
Destinasi wisata Joel’s Bungalow. Foto: Muhammad Fahmi/RMOLAceh.

Pandemi Covid-19 memang belum berakhir. Banyak sektor terdampak, tak terkecuali pariwisata. Pelan-pelan, sektor pariwisata mulai bangkit, salah satunya destinasi wisata Joel’s Bungalow.


Joel’s Bungalows terletak di Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Tempat ini memiliki pesona sendiri bagi pengunjung. Sembari mamanjakan mata melihat senja, juga disuguhi aksi peselancar yang membelah ombak.

Joel’s Bungalows juga menyediakan beberapa resort bagi yang ingin bermalam di sana. Resort-resort di sana yang sempat sepi, kini kembali ramai dihuni wisatawan lokal maupun asing.

Dari pusat ibu kota Aceh, yaitu Banda Aceh, Joel’s Bungalows hanya berjarak 20 menit perjalanan. Aksesnya, cukup mudah. Bisa dilalui kendaraan roda dua dan roda empat.

Pelaku wisata Joel’s Bungalows, Zulfitri alias Bang Joel, mengatakan saat ini wisatawan sudah mulai meningkat. Dibanding dengan 2020 lalu, pengunjung sangat sepi.

“Karena ditengah-tengah pandemi memang kita sulit untuk bangkit, tapi kita mencoba untuk bangkit dengan konsep yang lain dari pada sebelumnya,” kata Bang Joel kepada Kantor Berita RMOLAceh, Ahad, 20 Maret 2022.

Sebelum pandemi Covid-19, kata dia, wisatawan sangat ramai. Baik dari lokal, maupun mancanegara. Seperti, dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, bahkan turis manca negara lainnya.

“Tapi untuk kali ini, kita harus hunting minimal wisata lokal. Jadi wisata lokal inilah yang membuat ekonomi tetap bertahan sampai hari ini,” ujar Joel.

Menurut Joel, kedatangan turis asing itu dikarenakan letak Joel’s Bungalows tidak jauh dengan pusat kota. Lalu, tidak jauh juga dengan Bandara Iskandar Muda, tempat transitnya turis mancanegara.

“Maka itu, lebih gampang untuk membuat promosi atau trik-trik yang lain supaya pengunjung bisa dapat berkunjung ke wisata ini,” sebut Joel.

Dengan keadaan pandemi masih belum berakhir, kata dia, wisatawan asing sudah sangat berkurang. Penjagaan ketat serta kebijakan riwet membuat mereka enggan kemari.

“Mereka dapat visa sebulan. Hal itu tidak menutup kemungkinan mereka bisa tinggal untuk dikarantina itu seminggu, karena itu hanya membuang-buang waktu,” sebut Joel.

Di samping itu, kata Joel, transaksi di Aceh juga menyulitkan wisatawan asing. Faktornya, mereka memakai visa atau master card. Bank di Aceh, tiada lagi yang menerapkan demikian.

“Dulu banyak bank konvesional, sedangkan kini hanya ada Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Aceh,” kata Joel. “Jadi ini hal yang tersulit, bagaimana kita satu sisi menganut hukum syariat, tapi di sisi ekonomi adalah langkah mundur yang ada hari ini.”

Untuk itu, Joel beharap Pemerintah Aceh membenahi sistem perbankan. Karena sistem yang saat ini berjalan, sangat sulit wisatawan mancanegara ketika berada di sini.

“Karena untuk berbelanja itu mereka butuh uang, sedangkan kita perbankan belum siap tentang hal ini. Atau, bank syariah ada, bank yang konvesional juga harus ada,” kata Joel.