Kekurangan Vaksin, Ribuan Warga Malawi Meninggal karena Kolera

Petugas kesehatan merawat pasien kolera di Rumah Sakit Bwaila di Lilongwe Malawi. Foto: net.
Petugas kesehatan merawat pasien kolera di Rumah Sakit Bwaila di Lilongwe Malawi. Foto: net.

Lebih dari 1.000 orang di Malawi kehilangan nyawa akibat wabah kolera yang sedang melanda negara Afrika bagian selatan itu. Kementerian Kesehatan Malawi mengkonfirmasi angka tersebut dan mengatakan itu terjadi karena negara itu kehabisan vaksin.


Malawi telah berjuang melawan wabah kolera terburuknya, dengan lebih dari 30.600 orang terinfeksi sejak kasus pertama dilaporkan tahun lalu.

November tahun lalu, negara itu menerima hampir tiga juta dosis vaksin kolera oral dari PBB untuk meningkatkan kampanye imunisasinya, tetapi jumlah kasusnya terus meningkat.

"Kami telah menggunakan semua vaksin yang kami miliki," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Adrian Chikumbe, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 26 Januari 2023,

“Fakta bahwa hanya ada satu produsen vaksin kolera di seluruh dunia mempersulit untuk mendapatkan obat penyelamat jiwa,” kata Chikumbe.

"Kami bersaing untuk mendapatkan vaksin yang sama dengan orang lain," lanjutnya.

Malawi menghadapi masa suram dalam krisis kesehatan ketika wabah kolera menghantam negara itu dengan korban tewas mencapai 1.002 pada Selasa, 23 Januari 2023.

George Jobe, direktur organisasi nirlaba Malawi Health Equity Network, menyalahkan mitos dan misinformasi yang menyebar secara online sebagai penyebab situasi yang mengerikan ini.

"Kebanyakan orang tidak percaya kita mengidap kolera," katanya kepada AFP, menambahkan bahwa hal itu yang membuat pihak berwenang lengah ketika penyakit itu mulai menyebar hampir 12 bulan lalu.

Ada kepercayaan di tengah masyarakat bahwa tidak mengizinkan anggotanya pergi ke rumah sakit, ketika sakit.

Awal Januari, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan 31 negara telah melaporkan wabah kolera sejak Desember, meningkat 50 persen dari tahun-tahun sebelumnya.

Di seluruh dunia, penyakit ini menyerang antara 1,3 juta hingga empat juta orang setiap tahun, menyebabkan 143.000 kematian.