Kenali Polio, Pengobatan hingga Pencegahan

Ilustrasi. Foto: ist.
Ilustrasi. Foto: ist.

Polio merupakan virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus ini terdiri dari tiga strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.


"Polio dapat dialami oleh siapa saja, tetapi umumnya menyerang anak usia di bawah 5 tahun (balita), terutama yang belum menjalani imunisasi polio," ujar Sari Haslinur, dokter umum pada Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin (RSUDZA) kepada Kantor Berita RMOLAceh, Jumat, 28 April 2023.

Menurut Sari, selain kelumpuhan permanen, polio juga bisa menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Kondisi ini menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas. Adapun gejala Polio seperti demam, nyeri tenggorakan saat menelan sesuatu, nyeri kepala, muntah, lemas dan meningitis.

"Gejala Polio lainnya seperti kejang dan nyeri otot, badan lemas yang biasanya terjadi pada satu sisi tubuh, kelumpuhan mendadak sementara atau permanen, cacat pada pinggul, pergelangan kaki, dan kaki," ujarnya.

Sari menyebutkan, hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menangani polio. Pengobatan hanya bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses penyembuhan, dan mencegah komplikasi.

"Dokter bisa memberikan obat-obatan untuk mengurangi gejala," sebutnya.

Adapun obat tersebut kata Sari, berupa  obat pereda nyeri yang digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh seperti ibuprofen.

Selain itu obat antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yang dapat menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah ceftriaxone.

"Obat pelemas otot (antispasmodik), obat pelemas otot, seperti tolterodine dan scopolamine, digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot," sebutnya.

Selain obat-obattan, Sari mengatakan, melakukan kompres dengan air hangat juga dapat dilakukan untuk membantu meredakan tegang otot.

Pada pasien polio yang mengalami gangguan pernapasan, dokter akan memasang alat bantu napas. Operasi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan bentuk lengan atau tungkai.

"Guna mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, pasien juga akan disarankan untuk menjalani fisioterapi," ujarnya.

Pencegahan Polio

Sari mengatakan, pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio, ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes mulut (OPV). Vaksin polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak empat dosis, baik dalam bentuk suntik maupun obat tetes mulut.

"Jadwal pemberian keempat dosis vaksin polio yaitu, dosis pertama (polio-1) diberikan saat usia 2 bulan, dosis kedua (polio-2) diberikan saat usia 3 bulan, dosis ketiga (polio-3) diberikan saat usia 4 bulan," ujarnya.

Sementara dosis terakhir diberikan pada usia 18 bulan sebagai dosis booster, hal ini menurut Sari berguna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya imunisasi polio.

Untuk vaksin sendiri Sari menyebutkan masyarakat tidak perlu kawatir sebab Pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah Indonesia.