Kerugian Akibat Banjir di Aceh Sepanjang Januari 2023 Capai Rp1,6 Miliar 

Ilustrasi banjir di Aceh. Foto: Ist.
Ilustrasi banjir di Aceh. Foto: Ist.

Intensitas curah hujan tinggi yang turun sejak awal hingga akhir Januari 2023 mengakibatkan bencana banjir di beberapa wilayah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Banjir terjadi di wilayah Aceh Tamiang, Aceh Timur, Simeulue, Pidie Jaya, Aceh Utara, Pidie, Bireuen, Aceh Besar, dan Sabang. Dari musibah tersebut, sebanyak 115 kecamatan dan 504 desa ikut terdampak.


Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat kerugian akibat bencana banjir di provinsi Aceh sepanjang bulan Januari 2023 mencapai  Rp 1.610.000.000. Sejumlah Infrastruktur paling berdampak terjadi di Pidie Jaya dan Aceh Tamiang.

Menurut data BPBA ada 4.376 rumah warga di Pidie Jaya yang terdampak banjir. Sedangkan di Aceh Tamiang 1.064 rumah yang ikut terdampak. 

“Di Beberapa Kabupaten banjir sempat terjadi berulang kali, itu disebabkan oleh curah hujan, namun saat ini banjir sudah berangsur surut,” ujar Kepala Badan Pelaksana (Kalaksa) BPBA Ilyas, dalam keterangannya, Senin, 30 Januari 2023.

Menurut Ilyas, ketinggian air banjir paling tinggi terjadi di Aceh Utara, yaitu di Kecamatan Lhoksukon. Di kecamatan tersebut banjir meredam di Desa Samudra, Cot Girek, Matangkuli, Sumtalira Ron, Satalira Bayu, Nibong, Banda BAru, Nisam, dan Simpang Keramat. Ketinggian air mencapai berkisar antara 20-350 sentimeter.

Lebih lanjut Ilyas menjelaskan banjir yang disertai longsor juga pernah terjadi sebanyak tiga kali di Aceh Timur, dua kali terjadi di Aceh Besar. Di dua kabupaten ini sebanyak sembilan sarana pendidikan rusak dan 3.186 hektare sawah warga rusak.

Banjir dengan korban terdampak terbanyak ada di Pidie Jaya dengan jumlah 24.370 jiwa. Kemudian di Kabupaten Bireuen korban dengan jumlah korban terdampak mencapai 22.185 jiwa dengan jumlah pengungsi sebanyak 15.588 jiwa.

Berkaca dari kondisi bencana dan dampak yang luar biasa, Ilyas mengajak masyarakat untuk selalu siaga bencana dengan cara menjaga alam. Masyarakat juga diharapkan bisa menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dengan tidak merusak hutan.

“Kita harus memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna untuk mencegah banjir, bersama-sama kita berupaya mengurangi risiko bencana, sebab penanggulangan bencana adalah urusan bersama baik pemerintah maupun warga,” ujarnya.