Khawatir Jebakan Utang, Samoa Evaluasi Proyek Utang Cina

Fiame Naomi Mataafa. Foto: net.
Fiame Naomi Mataafa. Foto: net.

Pemerintahan baru Samoa tkhawatir dengan jebakan loan-to-own dan dampak dari proyek Belt and Road Initiatives (BRI) Cina. Fiame Naomi Mataafa, perdana menteri Samoa, mengumumkan pihaknya akan mengevaluasi sejumlah proyek infrastruktur yang didanai oleh Cina.


Kantor Berita Politik RMOL, Ahad, 1 Agustus 2021, menulis salah satu proyek itu adalah pelabuhan di Teluk Vaiusu. Wanita pertama yang menjadi perdana menteri di Samoa itu mengumumkan hal ini setelah memenangkan pemilu, Mataafa telah berkomitmen untuk membatalkan proyek bernilai USD 100 juta tersebut. Dia menyebut hal itu sebagai beban negara.

Mataafa mengatakan, Samoa memiliki kebutuhan yang lebih mendesak daripada membuat pelabuhan dan akhirnya meningkatkan "utang tidak perlu" ke Cina.

"Samoa adalah negara kecil. Pelabuhan laut dan bandara kami memenuhi kebutuhan kami. Sangat sulit membayangkan bahwa kami membutuhkan skala yang diusulkan di bawah proyek khusus ini ketika ada proyek dengan skala mendesak diprioritaskan pemerintah," ujar Fiame, seperti dikutip Reuters.

Selain tidak memberikan banyak manfaat, proyek tersebut juga mengancam keseimbangan di Pasifik antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Samoa memiliki hubungan dekat dengan Cina. Selama kurang lebih empat dekade terakhir, pinjaman Cina ke Samoa tumbuh secara signifikan.

Cina adalah kreditur tunggal terbesar di Samoa yang berpenduduk 200 ribu orang. Beijing berkontribusi sekitar 40 persen, atau sekitar 160 juta dolar AS dari utang luar negeri Samoa.

Dari 2010 hingga 2018, Cina sudah memberikan pinjaman sebesar 285 juta dolar AS ke Samoa, dengan tambahan 152 juta dolar AS dalam bentuk hibah.

Semua upaya tersebut dilakukan Cina untuk "membeli pengaruh dan sekutu" di Pasifik, termasuk melalui BRI. Cina menawarkan diri untuk mendukung proyek pembangunan perlabuhan besar di Teluk Vaiusu.

Dalam perubahan pemerintahan tampaknya akan "me-reset" hubungan Samoa dan Cina. Partai Mataafa Faatuatua i le Atua Samoa ua Tasi (FAST) yang baru-baru ini dibentuk memenangkan pemilu pada April.

Kemenangan FAST muncul ketika pengaruh Cina menjadi topik yang diperdebatkan dengan hangat selama kampanye pemilihan, dengan banyak yang menyatakan keprihatinan tentang kehadiran Beijing di sana.