Kisah Dahri, Si Peternak Tangguh

Usaha milik Dahri. Foto:  Nizarli Gozar.
Usaha milik Dahri. Foto: Nizarli Gozar.

SAYA melihat sesuatu yang istimewa pada diri pria ini. Namanya Dahri. Sudah lima tahun dia pensiun dari kesibukan sebagai salah satu guru di SMP 1 Ulim. Setelah meninggalkan sekolah, dia semakin fokus melanjutkan usaha peternakan dan pengasinan telur bebek yang telah dirintisnya sejak 10 tahun silam. 

Didampingi istri, Zubaidah, yang juga berstatus pensiunan guru, serta bantuan dua anak yang menamatkan pendidikan sarjana, keluarga ini memproduksi 250 telur bebek asin dari 400 sampai 500 telur bebek yang dihasilkan bebek-bebek yang mereka ternakkan. 

Berbekal luas lahan 2.000 meter di Gampong Kandang, Kecamatan Samalanga, pada 2010 Dahri memutuskan untuk memelihara 800 ekor bebek petelur dan 200 bebek pedaging. 

Peternakan ini tetap bertahan di tengah tingginya harga pakan. Kadang kala tingginya harga pakan membuat usaha ini harus menanggung rugi pada periode waktu tertentu. Tak sesuai harapan, namun Dahri mengatakan dirinya harus tetap bertahan dengan kembali melakukan peminjaman modal produksi.

Beromset kurang lebih Rp 10 juta per bulan, dengan memperkerjakan dua pekerja, usaha ini terus bertahan di tengah pandemi covid 19. Penjualan Telur biasanya dilakukan langsung antara penjual telur di pasar yang mengambil ke pusat peternakannya.

Dahri mengaku hingga saat ini tidak ada pendampingan dari Pemerintah Kabupaten Bireuen, baik pembinaan maupun pendanaan. Dua hal ini sangat dibutuhkan Dahri untuk mengembangkan usaha di tengah kondisi harga pakan yang terus melambung.  

Saya memahami, bahwa usaha kecil seperti yang dikelola Dahri ini sangat potensial untuk digarap. Dan seharusnya pemerintah mau membina sehingga produk ini bisa berkembang, baik dari sisi produksi maupun pemasaran, agar dapat bersaing dengan produk lain.

| Penulis adalah pemerhati UMKM.