KLB Sibolangit Disebut Buah dari Tindakan SBY Menggulingkan Anas Urbaningrum

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Foto: net.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Foto: net.

Anggota Presidium Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Sri Mulyono, dalam diskusi yang sama, mengatakan SBY memetik buah yang ditanamnya saat menggulingkan Anas Urbaningrum dari kursi ketua umum pada, pada 2013.


Atas peristiwa yang dialami Anas Urbaningrum, Sri bahkan menyebut SBY, yang kini menjabat Ketua Majelis Partai Demokrat, sejatinya adalah guru ilegal yang arogan. KLB Sibolangit terjadi karena para kader Demokrat belajar dari SBY.

"Pak SBY yang mengajari semua itu sehingga sekarang terjadi KLB. Jika pak SBY tidak mengajari itu maka menurut saya tidak ada tindakan KLB. Tidak ada tindakan ilegal. Tidak ada tindakan arogan. Pak SBY-lah guru ilegal di dalam Demokrat. Guru arogansi demokrat dan guru KLB. Guru kudeta," kata Sri seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL

Sri yang juga loyalis Anas Urbaningrum ini menuturkan, saat Partai Demokrat dipimpin Subur Budhisantoso dan Hadi Utomo, nyaris tidak pernah terjadi keributan di internal, apalagi hingga berujung KLB. Namun, setelah Anas Urbaningrum terpilih dalam Kongres Partai Demokrat 2010, barulah mulai ada upaya-upaya penggulingan.

Kejadian politik yang menimpa Anas Urbaningrim dijelaskan Sri jelas merupakan cara-cara ilegal. Dia mengatakan SBY pernah mengadakan rapat pimpinan Partai Demokrat di Cikeas tanpa mengundang Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum.

Anas Urbaningrum juga tidak diundang dan diberitahu mengenai acara yang digelar Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat (FKP-DPP). Tidak hanya itu, Sri juga mengatakan SBY pernah, secara tiba-tiba, saat berpidato di Jeddah pada 4 Februari 2013, meminta KPK menetapkan status hukum terhadap Anas Urbaningrum.

"Ini kan juga arogan. Ilegal juga. Mengintervensi hukum. Dan tiga hari setelah itu tanggal 7 Februari, sprindik Anas bocor.  Bocornya ke Cikeas. Apakah ini tindakan yang benar? Ini kan pelanggaran hukum yang cukup berat," kata Sri.

Selanjutnya, pada 8 Februari 2013, SBY kemudian mengambil alih kepemimpinan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Sri Mulyono menyebut tindakan SBY itu tanpa proses konstitusi di internal partai. Atas dasar itu, Sri menyebut bahwa berbagai peristiwa yang dihadapi Anas Urbaningrum saat itu merupakan benang merah atas peristiwa KLB Sibolangit Jumat lalu.

Namun pernyataan ini dibantah Sontak, pernyataan Sri Mulyono itu disanggah oleh Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng yang hadir dalam diskusi Polemik.

Menurut Andi, Sri Mulyono telah memutarbalikan fakta. SBY, kata Andi, selaku Ketua Dewan Pembina saat itu, justru ingin menyelamatkan Partai Demokrat karena kasus hukum yang menjerat Anas. Bekas Menteri Pemuda dan Olahraga itu mengatakan Anas ketika itu ingin berhenti dari posisinya sebagai Ketua Umum.

"Lupa Pak Sri? Bahwa saudara Anas itu menyatakan berhenti. Lalu dengan demikian Pak SBY sebagai Ketua Dewan Dembina harus melakukan penyelamatan terhadap partai. Ini yang harus dilakukan. Lalu kemudian menunjuk saudara Syarif Hasan sebagai Ketua Harian," kata Andi.

Atas dasar itu, Andi menegaskan bahwa peristiwa yang dialami Anas berbeda dengan KLB Deli Serdang kemarin. Sebab, KLB Deli Serdang diinisiasi oleh Moeldoko yang notabene adalah pihak eksternal dan memiliki jabatan Kepala Staf Presiden (KSP).

Tidak hanya itu, Moeldoko juga bukan kader Partai Demokrat. Dia justru bersekongkol dengan para mantan kader untuk mengambilalih kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sah. KLB Sibolangit adalah urusan yang datang dari eksternal partai.

“Ini adalah intervensi kekuasaan terhadap Partai Demokrat. Partai yang kebetulan sedang berseberangan dengan pemerintah. Dan mereka ini, orang-orang ini broker-broker dalam partai. Yang memang mau jual-jual partai. Kebetulan ada yang mau beli. Ketemulah. Jadi beda dengan soal Anas," kata Andi.