Komiditi Janeng dan Aren Bernilai Ekonomi Tinggi

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHk) Aceh, A. Hanan. Foto: Razi/RMOLAceh.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHk) Aceh, A. Hanan. Foto: Razi/RMOLAceh.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLKH) Aceh, A. Hanan, menyebutkan kebutuhan masyarakat kota terhadap hasil hutan bukan kayu (HHBK), yaitu seperti janeng dan aren sangat tinggi.


"Hasil hutan ini sebenarnya termasuk komoditi yang sangat ekonomis jika dikelola dengan baik," kata A. Hanan di Samar Kilang, Bener Meriah, Senin, 9 Januari 2023.

Hanan mengatakan, kawasan Samar Kilang memiliki sumber daya alam yang cukup kaya, akan tetapi belum banyak tersentuh oleh dunia usaha. Diantaranya adalah hasil umbi-umbian seperti janeng dan aren yang banyak terdapat dalam hutan di wilayah ini.

Dia menjelaskan, program yang dilakukan oleh Katahati Institute dan Kedutaan Kanada sangat brilian untuk membentuk komunitas usaha kaum perempuan Samar Kilang dalam rangka mengoptimalkan potensi hasil hutan non kayu di daerah ini.

Hanan menyebutkan, program yang telah berjalan sejak tahun 2020 itu diharapkan dapat mendorong perempuan Samar Kilang semakin berdaya secara ekonomi. Sehingga kaum perempuan di daerah ini disamping dapat mengoptimalkan sumber daya alam lokal juga dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

Dia menuturkan kegiatan ekonomi komunitas perempuan ini tidak sampai berhenti di tengah jalan karena gagal menyiapkan komponennya. Sehingga seluruh potensi yang ada untuk mendukung wirausaha ini hendaknya dapat dikerahkan secara maksimal.

Disamping itu, para kelompok laki-laki dalam mencari bahan baku dapat pula memanfaatkan, sehingga kerja sama antara ibu dan bapak bisa terjalin dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga.

"Untuk itu atas nama Pemerintah Aceh, saya mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah mendukung terbentuknya komunitas bisnis ini," katanya.

Dia juga mengingatkan para anggota komunitas agar tidak pernah berhenti untuk belajar, berinovasi dan berkreasi. Mudah-mudahan dari usaha yang dirintis ini akan ada kegiatan yang menyusul, sehingga potensi daerah selama ini belum digarap dengan baik dapat kita optimalkan untuk kesejahteraan masyarakat lokal.

Menurut dia, saat ini tercatat sekitar 565 jenis hasil hutan bukan kayu di Indonesia yang dapat dimanfaatkan dan diolah oleh masyarakat. Ada beberapa diantaranya yang cukup familiar dan menjadi produksi komunitas strategis secara potensi yang dikembangkan.

Jenis-jenis HHBK tersebut yakni getah kayu, bambu, rotan damar, buah-buahan, madu, dan hewan. Namun demikian pemanfaatan HHBK harus dilaksanakan dengan cermat agar tidak menuai permasalahan.

Dia mengatakan, permasalahan itu kerap muncul ketika produk-produk bergeser menjadi komoditi perdagangan. Adapun permasalahan HHBK yang ditemukan sampai sekarang antara lain adalah teknologi budidaya yang belum dikuasai secara maksimal.

"Sementara disisi lain hasil hutan alam menurun, mengalami kepunahan, dan hasil hutan berkurang akibat peran perubahan fisik hutan, perambahan, dan kebakaran hutan," ujar Hanan.