Invasi Rusia ke Ukraina menjadi pokok bahasan dalam KTT NATO di Madrid. Dalam pertemuan puncak, Rabu lalu, aliansi telah menyepakati konsep strategis baru, di mana mereka menggambarkan Rusia sebagai ancaman paling signifikan.
- Taufiqulhadi: NasDem Beri Ruang bagi Anak Muda Potensial untuk Bergabung
- YARA Tuntut Batas Wilayah Aceh hingga Tanjung Pura, Sesuai Peta 1956
- Tepis Anggapan ‘Pak Lurah’ di Pidato Kenegaraan, Jokowi Sedang Curhat
Baca Juga
"Federasi Rusia adalah ancaman langsung dan paling signifikan terhadap keamanan Sekutu dan perdamaian serta stabilitas di kawasan Euro-Atlantik," begitu ditulis dalam dokumen tersebut, seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 30 Juni 2022.
Rusia berusaha membangun lingkup pengaruh dan kontrol langsung melalui paksaan. "Mereka menggunakan cara konvensional, siber, dan hibrida, untuk melawan kami dan mitra kami," tulis dokumen itu.
Rusia juga dituding memodernisasi kekuatan nuklirnya dan memperluas sistem pengiriman berkemampuan ganda yang baru dan sangat mengganggu, sambil menggunakan sinyal nuklir koersif yang bertujuan untuk mengacaukan negara-negara di Timur dan Selatan.
"Kemampuan (Rusia) untuk mengganggu bala bantuan Sekutu dan kebebasan navigasi melintasi Atlantik Utara, merupakan tantangan strategis bagi Aliansi. Pembangunan militer Moskow, termasuk di Baltik, Wilayah Laut Hitam dan Mediterania, bersama dengan integrasi militernya dengan Belarus, menantang keamanan dan kepentingan kami," menurut dokumen itu.
Bila NATO menganggap Rusia tidak lagi sebagai mitra dan bahkan sebagai ancaman, sebaliknya, aliansi itu tidak ingin disebut sebagai ancaman bagi Rusia.
"NATO tidak mencari konfrontasi dan tidak menimbulkan ancaman bagi Federasi Rusia. Kami akan terus menanggapi ancaman dan tindakan permusuhan Rusia dengan cara yang bersatu dan bertanggung jawab," isi dokumen tersebut, menambahkan bahwa mereka akan terus mempertahankan saluran komunikasi dengan Rusia.
Konsep strategis baru itu juga menyoroti hubungan kemitraan yang dalam antara Rusia dan China. NATO percaya, bahwa pendalaman kemitraan antara Rusia dan China telah melanggar nilai dan kepentingan aliansi.
"China berusaha untuk merusak tatanan dunia saat ini dengan mengendalikan logistik dan ekonomi global," kata dokumen itu. Aliansi akan terus melawan Cina.
- Kembali ke Masa Lalu: Perang Dingin Eropa Abad 21
- Vladimir Putin Menang Telak di Pilpres Rusia
- Wali Nanggroe Bakal Kirim Mahasiswa Aceh ke Singapura dan Rusia