Kutuk Pembakaran Alquran, Sejumlah Warga di Aceh Gelar Aksi di Depan Masjid Raya Baiturrahman

Suasana aksi damai bela Alquran di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh. 
Suasana aksi damai bela Alquran di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh. 

Sejumlah massa yang tergabung dalam organisasi Aceh Bela Islam (ABI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Masjid Raya Baiturrahman (MRN). Aksi yang mengusung tema bela Alquran tersebut berlangsung, Jum'at, 3 Februari 2923 usai sholat Jumat.


Dalam aksinya pengunjukrasa meminta pihak eksekutif dan Legislatif menyatakan sikap dan menyampaikan sikap mengutuk keras aksi yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dan Edwin Warnsveld pihak Swedia dan Belanda.

“Ini aksi bela Al-Qur’ran bukan aksi demo, secara umum kita menuntut perilaku-perilaku dari mereka yang menghina dan membakar Al-Qur’an,” kata Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Junaidi Yusuf di sela-sela aksi damai kepada Kantor Berita RMOLAceh, Jum’at 3 Februari 2023.

Junaidi dan sejumlah pengunjukrasa lainnya juga meminta pemerintah Swedia dan Belanda menangkap kedua pelaku pembakaran Alquran. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka Aceh akan meminta maklumat kedaulatan.

“Kita sebagai negeri syariat kita tidak bisa menerima dan mereka terus melakukan pembakaran, kami mengutuk keras, supaya mereka menghentikan perilaku tersebut," ujar Junaidi.

Lebih lanjut Junaidi mengatakan pihaknya akan terus berupaya untuk melakukan aksi bela Al-Quran dan Islam. Pihaknya juga akan menyatakan sikap lebih keras lagi jika pelaku pembakaran Alquran tidak segera ditangkap.

Usai melakukan orasi damai, para pengunjukrasa lalu melakukan konvoi dengan rute Masjid Raya Baiturrahman - Jln. Diponegoro -Jembatan Pante Pirak - SP Lima -Jambo Tape -Jln.Tgk Nyak Arief-Simpang Mesra. Kemudian mereka akan putar balik menuju lokasi titik kumpul awal di Depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh lalu membubarkan diri.

Pantauan RMOLAceh di lokasi, selama aksi berlangsung, peserta aksi terlihat menggunakan alat peraga berupa sound system, toa, spanduk, karton dan bendera (Al-Liwa dan Ar-Rayah). Mereka juga  memakai atribut keorganisasian dan majelis pengajian sebagai identitas.