Lewat Dodol Betawi, Habib Faishol Merawat Adat

Habib Faishol Alhaddad dan produk dodok khas Betawi buatannya. Foto: RMOL.ID.
Habib Faishol Alhaddad dan produk dodok khas Betawi buatannya. Foto: RMOL.ID.

Dikenal sebagai panganan Raja, dodol Betawi penuh dengan nilai-nilai kebudayaan. Seiring berkembangnya zaman, dodol Betawi menjadi camilan yang cukup mudah dijumpai saat ini.


Di antara sekian banyak pengusaha dodol Betawi, namun hanya sedikit yang terus melestarikan pengolahan secara tradisional. Salah satunya adalah Habib Faishol Alhaddad, pengusaha dodol Mak-Nyoos asal Bogor.

Walaupun baru terlahir pada akhir 2013, namun dodol Mak-Nyoos merupakan bagian dari warisan keluarga.

"Sebenarnya warisan dari keluarga istri, memang dari bibi-bibi dan paman-pamannya produksi dodol. Sekitar Condet, Pasar Minggu, Pasar Rebo itu produksi dodol semua," ujar Habib dalam diskusi Jendela Usaha yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 17 Februari 2021.

Habib mengatakan, banyak di antara keluarganya sudah memproduksi dodol sejak tahun 1970-an dan 1980-an. Mereka bahkan sudah memiliki pasar masing-masing.

Tetapi dengan modal keberanian, Habib mencoba terjun ke dunia panganan dodol dengan berbagai inovasi. Ia mulai dengan membuat rasa original hingga berkreasi dengan wijen dan ketan hitam yang sangat diganderungi.

"Kalau saya belum ada pasar. Kan masing-masing punya nama (merek). Jadi kita berkarya sendiri," ucap Habib.

Habib mengatakan tidak ada persaingan di keluarganya meski banyak dari mereka adalah pengusaha dodol. Sebaliknya, mereka saling membantu.

Secara khusus, Habib mengungkap rahasia produksi dodol betawinya yang asli tanpa beras dan kaya akan kelapa. Ia mengatakan, pemilihan minyak sangat penting agar dodol tahan lama.

Dodok Mak-Nyoos sendiri sejauh ini dapat bertahan mulai dari dua pekan ingga satu bulan.

Selain itu, teknik memasak juga sangat krusial. Ia bahkan masih menggunakan tungku api, alih-alih kompor untuk tetap mempertahankan rasa.

"Dodok Betawi itu terkenal (dibuat selama) 8 sampai 9 jam, kadang 12 jam, tergantung. Dulu tidak boleh berhenti (mengaduk), tapi sekarang ada tekniknya," ungkap Habib.

Berkaca pada budaya, dodol Betawi disebut sebagai makanan Raja atau makanan mahal karena sulit untuk membuatnya. Sehingga hanya ada ketika acara pernikahan dan lebaran.

Dulu, kata Habib, dodol Betawi dibuat secara patungan oleh banyak orang. Perempuan bertanggung jawab atas resep, sementara laki-laki bertugas mengaduk adonan.

Nantinya, dodol akan dibagikan sesuai besarnya patungan yang diberikan.

Untuk dodol Mak-Nyoos sendiri, Habib mengatakan, setiap bulannya memproduksi 4 hingga 5 kuali. Satu kuali sendiri memiliki diameter 1 meter hingga 2 setengah meter, untuk memasak 10 kg hingga 20 kilogram adonan dodol.