Lima Kampung di Bener Meriah Diresmikan sebagai Desa Devisa Kopi Gayo

Asisten II Sekda Aceh, Mawardi, saat meresmikan lima kampung sebagai Desa Devisa Kopi Gayo. Foto: ist.
Asisten II Sekda Aceh, Mawardi, saat meresmikan lima kampung sebagai Desa Devisa Kopi Gayo. Foto: ist.

Gubernur Aceh yang diwakili Asisten II Sekda Aceh, Mawardi, meresmikan lima kampung di Bener Meriah sebagai Desa Devisa Kopi Gayo, di Bener Meriah. Kelima kampung itu akan mendapat pembinaan khusus dalam pengembangan pertanian kopi dan pemberdayaan UMKM.


“Sehingga kopi Gayo yang dihasilkan dari Bener meriah akan semakin menembus pasar ekspor dunia,” kata Mawardi, di sela-sela peresmian lima kampung Desa Devisa Kopi Gayo, kemarin.

Lima kampung yang dinyatakan sebagai Desa Devisa Kapi Gayo adalah Kampung Waq Pondok Sayur, Kampung Kute Lintang, Kampung Panji Mulia I, kampung Bale Redelong, dan Kampung Sedie Jadi. Kelima kampung itu merupakan penghasil utama kopi di wilayah Bener Meriah.

“Peresmian Desa Devisa Kopi Gayo itu telah melalui kajian matang yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Provinsi Aceh, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan Bank Syariah Indonesia, sebagai penggagas utama kegiatan itu,” kata Mawardi.

Kopi jenis Arabika yang dihasilkan dari lima kampung itu telah dapat menembus pasar ekspor di berbagai negara. Untuk lebih memaksimalkannya, Kanwil DJKN Aceh, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan BSI, berupaya mendorong agar produktivitas kopi Arabika Gayo dari lima desa ini lebih meningkat lagi melalui sistem pembinaan yang terpadu.

“Pembinaan terpadu yang dimaksud dimulai dari proses produksi hingga proses pemasaran. Dengan demikian devisa yang dihasilkan dari pertanian ini akan lebih besar, sehingga petani juga lebih untung,” ujar Mawardi.

Karena itu, kata Mawardi, komunitas petani kopi yang ada di lima desa itu harus segera mempersiapkan diri untuk mendapatkan transformasi pengetahuan terkait pengembangan pertanian yang lebih berkualitas. Sebab pihak Kanwil DJKN Aceh, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan BSI akan menurunkan tenaga ahli untuk menjalin kerjasama dengan petani lokal.

Dengan transformasi pengetahuan itu diharapkan sistem pertanian kopi di lima desa tersebut lebih maju dan hasil kopi yang diperoleh lebih meningkat.

Sementara untuk petani dari kampung lain yang desanya belum masuk sebagai desa devisa Kopi Gayo diharapkan dapat belajar dari pengembangan yang dilakukan di lima desa yang telah masuk sebagai desa Devisa Kopi. 

“Dengan demikian dukungan yang diberikan untuk kelima desa devisa ini dapat pula memberi manfaat bagi petani desa lainnya di wilayah Bener Meriah,” ujar Mawardi.