Malik Mahmud Al Haytar Sebut PA Lahir dari Perjuangan Rakyat Aceh 

Ketua Tuha Peut DPA PA, Malik Mahmud Al Haythar, saat membuka Mubes ke III Partai Aceh di Hotel Permata Hati, Banda Aceh. Foto: Fauzan/RMOLAceh.
Ketua Tuha Peut DPA PA, Malik Mahmud Al Haythar, saat membuka Mubes ke III Partai Aceh di Hotel Permata Hati, Banda Aceh. Foto: Fauzan/RMOLAceh.

Ketua Tuha Peut Dewan Pimpinan Aceh (DPA) Partai Aceh (PA), Malik Mahmud Al Haythar mengatakan proses lahir dan perjalanan PA tidak terlepas dari perjuangan rakyat Aceh. Untuk itu diperlukan kerjasama dan kerja keras semua pengurus dan kader untuk untuk memenangkan PA pada Pemilu dan Pilkada 2024 mendatang.


"Tujuan didirikan PA untuk memperjuangkan butir-butir MoU Helsinki agar dapat terealisasi seutuhnya," ujar Malek Mahmud Al Haytar saat membuka Mubes ke III Partai Aceh di Hotel Permata Hati, Banda Aceh, Sabtu, 25 Februari 2023.

Menurut Malik, setelah adanya perdamaian, perjalanan pemerintahan Aceh hanya akan dapat berjalan baik dan maju bila MoU Helsinki dijalankan sepenuhnya oleh semua pihak. Namun kondisi rakyat Aceh pasca konflik sudah terpuruk sangat dalam, sehingga untuk menunggu kesejahteraan setelah terimplementasinya seluruh poin MoU Helsinki membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Sedangkan rakyat tidak bisa diajak bersabar dalam kondisi serba kekurangan dan kesusahan," ujar Malek.

Berkaca dari kondisi tersebut, maka Malik berharap pada Musyawarah Besar (Mubes) ke III ini, PA harus lebih kreatif dalam menjalani proses perpolitikan di Aceh. Selain tetap memperjuangkan implementasi MoU Helsinki, kader PA juga harus lebih maksimal dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat dalam bentuk nyata.

"Kader harus menyadari bahwa kritikan-kritikan yang selama ini disampaikan oleh rakyat kepada semua pihak, dalam berbagai bentuk dan kesempatan, termasuk melalui media- media sosial adalah bentuk rasa sayang rakyat kepada PA," ujar Malik.

Bahkan, kata Malik, para pengkritik menyadari dan yakin bahwa Partai Aceh adalah tempat menaruh harapan agar Aceh sejahtera dan megah, bukan sebaliknya.

"Tentunya, kita harus takut ketika rakyat sudah berhenti mengkritik, karena itu merupakan tanda, bahwa rakyat sudah tidak memperdulikan lagi Partai Aceh," ujar Malik.

Menghadapi Pemilu 2024 mendatang, Malik meminta seluruh pengurus dan kader Partai Aceh harus mampu menjalankan Pemilu yang damai dan berintegritas serta sanggup mengedepankan politik adu ide dan gagasan, bukan politik yang bersifat adu-domba.

"Begitu juga dalam berdemokrasi yang sehat, dengan mendorong dan menampilkan kampanye-kampanye yang berkualitas," ujar Malik.

Selain itu Malik berharap pada Ketua Umum terpilih dan kepengurusan Partai Aceh yang akan datang, agar dapat menyusun semua teknis tahapan dan pergerakan pemenangan partai. Pengurus PA juga diharapkan bisa mengatasi berbagai masalah yang bakal bermunculan dari pihak-pihak yang tidak ingin Pemilu berjalan lancar.

"Sehingga Partai Aceh tidak mengalami hambatan dan kekurangan apapun menghadapi kontestasi politik pada tahun 2024, baik dalam memenangkan kader untuk legislatif maupun eksekutif," ujar Malik.