Manajemen Keuangan Pertamina Role Model Bagi BUMN

Ilustrasi: maxmanroe.
Ilustrasi: maxmanroe.

MARI kita lihat perbandingan laporan keuangan tahun 2020 dengan laporan keuangan tahun 2019. Maka terlihat bahwa pendapatan PT Pertamina turun sebesar USD 13,3 miliar dari USD 54,7 miliar menjadi USD 41,4  miliar. 

Penurunan  ini sangat besar. Belum pernah terjadi dalam sejarah hidup Pertamina. Penurunan pendapatan ini mencapai 25 persen atau sebesar Rp 193 triliun. Ini merupakan angka yang fantastis.

Kalau perusahaan ini bukan Pertamina, kehilangan 25 persen pendapatan yang angkanya ratusan triliun sudah pasti akan membuat perusahaan manapun langsung gulung tikar. 

Mengapa? Karena tidak semua penurunan pendapatan dapat diikuti dengan penurunan biaya atau beban secara otomatis. Misalnya beban pemeliharaan, beban penyusutan, beban bunga, beban pajak, serta beban tenaga kerja.

Pertamina memang hebat. Ternyata beban pokok penjualan dan beban lainnya turun dari USD 46,6 miliar menjadi USD 34,5 miliar. Penurunan ini mencapai 12,1 miliar dolar atau sebesar Rp 175,5 triliun.

Kemampuan Pertamina menurunkan beban sebesar ini merupakan hal yang luar bisa. Jadi setiap satu satuan beban Pertamina menurun Rp 1, beban perusahaan menurun 0,9 rupiah. Sangat signifikan. 

Ternyata beban Pertamina  selama ini, sebagian besar atau 90,9 persen, timbul dari penjualan segala macam BBM. Mulai dari BBM yang mengandung profit, BBM penugasan dan BBM subsidi. Andaikan Pertamina menurunkan penjualannya lagi sebesar USD 10 miliar, maka mereka akan dapat mengurangi lagi bebannya senilai USD 9 miliar lebih. 

Bisa jadi dengan menurunkan penjualan lebih besar lagi, maka Pertamina akan dapat meningkatkan keuntungan. Atau, paling tidak, tetap untung. Indikasi paling menonjol, pada triwulan awal Pertamina rugi. Namun secara tahunan ternyata bisa untung.  Keuntungan ini diperoleh saat pandemi covid-19. Jadi tragedi membawa berkah.

Perolehan keuntungan ini mengindikasikan adanya perubahan tata kelola manajemen keuangan Pertamina yang lebih efisien sehingga layak menjadi role model. Terutama dalam mengelola keuangan BUMN yang lain dalam situasi pandemi Covid-19. 

Sehingga tidak ada masalah dengan penurunan penjualan sebesar apapun, yang penting adalah kemampuan BUMN menurunkan beban biaya.

| Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI).