Mempertahankan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan Adalah Kegagalan Terbesar Jokowi

Nadiem Makariem. Foto: RMOL.
Nadiem Makariem. Foto: RMOL.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Abdul Muhaimin Iskandar, meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim segera dicopot. Cak Imin--sapaan Muhaimin--menilai selama setahun menjabat, Nadiem tidak melahirkan sebuah terobosan dalam pendidikan Indonesia.


"Menteri Pendidikan yang kita harapkan dengan teknologi yang dia miliki, mengambil inisiasi untuk mengambil langkah-langkah alternatif bagi krisis darurat nasional pendidikan, tetapi sampai hari ini tidak ada tanda-tanda hal yang bisa diharapkan dari Menteri Pendidikan kita," kata Cak Imin saat membuka Musyawarah Wilayah (Muswil) 15 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB secara virtual, Sabtu pekan lalu. 

Merespons desakan Cak Imin, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, mengatakan jika membaca persepsi masyarakat dalam survei yang dilakukan olehnya, maka harapan pergantian Nadiem sudah dimulai sejak awal menjabat.

Pengamatan Dedi, kebijakan Nadiem justru menimbulkan keriuhan publik dan sangat sulit diterapkan. Terutama dalam masa pandemi, belum tampak ada inovasi pendidikan di Indonesia. Atas dasar itu, Dedi berpendapat sebaiknya Nadiem segera diganti dengan memilih sosok yang lebih rasional dalam memimpin Kemendikbud.

"Harapan Mendikbud dipimpin tokoh lain cukup rasional," kata Dedi.

Aktivis Petisi ’28, Haris Rusly Moti, bahkan dengan keras mengkritik keras Presiden Joko Widodo yang masih menempatkan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurutnya, kehadiran Nadiem merupakan bagian kegagalan terbesar Presiden Joko Widodo.

“Sobat, kegagalan terbesar Presiden Jokowi di antaranya menempatkan seorang Mendikbud Nadiem Makarim yang tak mengerti filosofi pendidikan,” kata Haris.

Haris menilai Nadiem tidak memiliki konsep pendidikan nasional dalam menjawab dua tantangan sekaligus. Yaitu revolusi digital dengan dibarengi pandemi Covid-19. Hasilnya siswa dan mahasiswa menjadi korban.

Lebih lanjut, Haris Rusly Moti menaruh kecurigaan pada Presiden Joko Widodo yang tetap mempertahankan Nadiem. Padahal sudah terbukti tidak bisa melakukan terobosan di bidang pendidikan selama pandemi.

“Kabarnya Presiden kita justru senang jika menteri-nya itu dihajar publik, katanya itu menunjukkan si menteri-nya kerja serius; sungguh aneh,” kata Haris.