Mengorbankan Presiden 


LIHAT di Brazil masyarakat sudah menuntut presidennya mundur. Di India 12 menteri mundur karena gagal mengatasi covid-19. Padahal penyebab Covid-19 sendiri belum jelas penyebabnya. 

Sampai sekarang otoritas global belum mampu menjelaskan kepada dunia dari mana asal virus. Apakah virus ini berasal dari laboratorium atau dari hewan. Apakah virus ini menular dari hewan secara alamani, atau sejak kebocoran lab maka virus menular secara alami, semua belumlah clear. 

Padahal asal usul  virus dan mekanisme penularannya adalah informasi dasar yang diperlukan baik secara medis maupun secara politik, hukum dan sosial. Bagaimana mungkin menjelaskan turunannya kalau asal usulnya saja belum jelas. 

Namun akibat penerapan rezim kesehatan publik secara seragam di seluruh dunia telah menimbulkan kekacauan dia mana mana. Demonstrasi di seluruh dunia telah berlangsung secara masif. 

Masyarakat berhadap hadapan langsung dengan pemerintah secara bertentang tentangan, berbagai isue memicu penolakan dan protes, mulai dari penolakan vaksinasi massal, penolakan vaksinasi pada anak anak di Itali hari ini, penolakan terhadap penerapan protokol kesehatan, penolakan terhadap denda atas pelanggaran protokol kesehatan dan lain sebagainya. 

Keadaan paling mengerikan akan dialami negara negara yang gak punya uang. Satu sisi akan menerapkan rezim kesehatan publik secara total dan keras, sisi lain negara itu tidak memiliki uang untuk membiayai rakyatnya, memberi makan dan mengganti kerugian bagi orang orang yang dirugikan akibat protokol kopid. 

Inilah yang harus dipertimbangkan secara matang oleh presiden Joko Widodo. Presiden harus mendapatkan informasi yang benar terkait dengan keadaan sosial politik yang berlangsung. Harus mencermati keadaan secara baik. Jangan sampai menjadi ajang permainan pihak pihak yang ingin mengambil keuantungan dari penerapan rezim kesehatan publik. 

Penting diketahui  bahwa posisi rezim internasional dalam hal pembiayaan covid sudah berubah. Kalau zaman dulu, ketika wabah melanda sebuah negara, maka berbondong bondong donor internasional datang. 

Namun sekarang sebaliknya yang datang asalah debt collector, mirip pemerasan melalui pasar keuangan. Jadi kalau tidak punya uang, bagaimana membiayai kesehatan publik? Kalau tidak punya uang, bagaimana pemerintah mengendalikan keadaan?

Jangan sampai pemerintah dikorbankan oleh eliet global yang mau cuci tangan atas keadaan chaos yang dihadapi semua negara. Semoga Indonesia ketahanan dan keamanan nasionalnya makin kuat. Amin.

| Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia ( AEPI).