Menikmati Kuliner di Tepi Pantai Lampuuk

Olahan makanan laut yang dipadu dengan bumbu saus padang. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Olahan makanan laut yang dipadu dengan bumbu saus padang. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

"BIASA bang, seafood satu ya, sederhana saja pakai saus padang udah enak," kata Andi, seorang pengunjung kepada pelayan café, di Pantai Lampuuk, Aceh Besar, Rabu, 10 Mei 2023.


Tidak hanya Andi, beberapa wisatawan lokal lainnya juga terlihat sibuk memanggil para pelayan. Mereka tampak antusias padahal hanya berkonsultasi perihal makanan. 

Menurut Andi, kuliner menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke Pantai Lampuuk. Baik yang dari lokal maupun manca negara.

“Ini terbukti dengan data BPS (badan pusat statistik) yang berjumlah ribuan orang,” kata dia. “Itu yang terdata belum lagi yang tidak.

Selain dikenal dengan rempah unggulan mendunia, Aceh juga dikenal dengan kekayaan hasil laut. Hal ini terbukti dari gencarnya ekspor tuna beku ke Jepang. 

Tidak hanya ikan, kata dia, makanan laut lainnya seperti kerang, cumi, udang, hingga lobster melimpah ruah di bawah luasnya lautan Aceh.Tentunya, harta dari bawah laut dapat dinikmati oleh masyarakat, pelaut saban hari mencari lalu menjualnya ke seluruh daerah. 

Tidak hanya dibeli sebagai santapan untuk lauk bersama nasi, sebagian orang memanfaatkan makanan laut sebagai cara untuk menambah pundi rupiah.  

Seperti salah satu usaha cafee di bibir pantai Lampuuk misalnya, beberapa tahun lalu jika berkunjung kesana yang didapati hanya mie instan dan air kelapa, saat ini para pelaku usaha telah memutar ide kreasi baru. 

Saiful, juru masak di salah satu cafe di pantai Lampuuk mengaku setiap resep yang dibuatnya sebelumnya telah dilakukan riset terlebih dulu, agar mudah diterima oleh lidah orang Aceh, wisatawan daerah hingga mancanegara.  

Makanan laut menurut Saiful merupakan jenis makanan yang kalau di kukus saja sudah bisa dinikmati tanpa perlu dibumbui dengan berbagai macam rempah.  

Namun, Saiful mengatakan para pelaku bisnis harus memutar otak agar makanan yang dijual memiliki untung berkali lipat.  

"Kepiting kalau direbus cuman Rp 35 ribu, kalau udah pakai saus atau dibuat dengan mie Aceh udah Rp 70 ribu," ujarnya. 

Orang Aceh kata dia, telah banyak mempelajari peluang bisnis, mereka setiap harinya terus memikirkan jurus ampub agar wisatawan terus datang mencoba hal baru. 

Dahulu, makanan laut di Aceh hanya dimasak dengan kuah lemak berbahan utama santan, digoreng atau dicampur dengan Mie Aceh. Kini, beragam olahan telah dibuat seperti seafood kuah padang misalnya. 

Saiful menyebutkan, kuliner seafood kuah padang memang bukan makanan khas Aceh namun mampu diterima baik oleh masyarakat. Setiap harinya Saiful memasak puluhan makanan laut pesanan pengunjung. 

"Kalah ikan bakar kita, apalagi nasi goreng kita," ujarnya.