Menikmati Si Pedas Manis di Tugu Nol Kilometer 

Rujak buah khas Tugu Nol Kilometer. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Rujak buah khas Tugu Nol Kilometer. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

SUASANA di area pusat Tugu 0 (nol) Kilometer Sabang, Aceh, dipenuhi oleh ratusan wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Hal ini dimanfatkan dengan sangat baik oleh para pelaku usaha kecil di sekitaran tugu kebanggaan yang jadi ikonik provinsi ujung barat Indonesia ini. 


Para pelaku usaha sama sibuknya dengan wisatawan, mereka terlihat bersemangat dalam menawarkan dagangan. Seperti Andre (29) misalnya, tangan dan mulutnya sama-sama sibuk dengan tugas masing-masing, tanganya cekatan mengaduk campuran buah dengan kuah kacang, lalu mulutnya ribut memanggil calon pelanggan. 

"Kami siapkan rujak buah yang resepnya tidak pernah kami ubah," ujar Andre, salah satu penjual rujak buah kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu, 15 November 2023.

Rujak buah merupakan hidangan khas Aceh yang resepnya sudah turun temurun. Terdiri dari campuran buah-buahan manis, asam dan kecut seperti buah mangga, jambu, timun, pepaya, nanas dan bengkoang.  

Kelezatan dari cemilan sehat ini dipadu dengan kuah kacang racikan dengan rasa pedas gurih dan manis. "Saya penerusnya, dulu dijual oleh orang tua," ujarnya.  

Uniknya, jika pembuatan bumbu untuk rujak buah pada umumnya hanya berasal dari campuran cabai gula dan garam serta kacang, rujak 0 kilometer menggunakan buah rumbia untuk memunculkan rasa sepat. 

Andre membuat rujak sangat sederhana, dia mencampurkan kacang dan cabai dan rumbia untuk dihaluskan, lalu buah yang sudah dipotong halus dimasukkan kedalam cobek dan disiram dengan gula aren cair. 

"Lalu kita sajikan kepada pengunjung, kita kasi sendok dan lidi sebagai alat bantu untuk makan," ujarnya. 

Sabang juga terkenal dengan banyaknya pohon kelapa, para pengunjung biasanya menikmati rujak dengan air kelapa segar. Para pengunjung kata Andre menikmati rujak sembari melihat birunya laut dengan pepohonan dan indahnya matahari terbenam. 

Andre sendiri bersama para penjual rujak lainnya sepakat untuk membandrol harga sepiring rujak tersebut Rp 10 ribu. Harga tersebut sudah terjangkau dengan segelas air putih. 

Sementara itu, Risti (45) salah satu pengunjung dari Medan mengaku sangat suka dengan kuliner Aceh salah satunya rujak. Menurutnya rujak buah ini mudah diterima oleh lidah manapun.

"Enak, bisa membuat orang-orang pada cinta buahnya ini," ujar Risti.

Risti juga memuji keramahan orang Aceh terhadap penduduk non muslim, dirinya yang datang ke Aceh untuk melakukan ibadah di kuil di Banda Aceh dan mempir ke Sabang sebentar sebelum balik ke Medan, merasa diperlakukan dengan baik oleh masyarakat. 

"Warga Aceh saya sangat takjub, mereka sangat menghargai kami," ujar Risti yang beragama Hindu.