Menyoal Pelindo di Musim Mudik Lebaran

Salamuddin Daeng
Salamuddin Daeng

MUNGKIN ada yang bertanya, apa hubungan Pelindo dengan mudik lebaran yang macet total, one way, juga tidak menolong. Bahkan menimbulkan masalah baru, tol yang sebenarnya disiapkan untuk mengangkut pemudik sekali setahun gagal mencapai goal nya. 

Sebetulnya, yang dibutuhkan masyarakat adalah tol laut. Hanya angkutan laut yang hebat lah yang bisa membawa pulang warga Solo lewat pelabuhan Tanjung Emas Semarang, orang Surabaya lewat Tanjung Perak, masyarakat Sumbawa lewat Labuhan Badas. 

Itulah angkutan yang sebenarnya bagi Indonesia. Rame - rame di laut, lautan terang benderang di malam hari, bagaikan laut Aru disaat kapal - kapal besar mengambil ikan disana. 

Lalu bagaimana tol Jokowi bisa mencapai hasilnya jika badan - badan, perusahaan - perusahaan negara makin lama makin tidak punya kapasitas, makin ke sini makin rapuh, tersandera rentenir global, utang besar hasil kecil. 

Salah satunya dialami Pelindo, BUMN yang ditugasi Pemerintah mengurus masalah pelabuhan, tempat bersandarnya kapal - kapal kita, kapal yang mengangkut barang dan mengangkut orang. Seharusnya bisa mengangkut pemudik.

Utang Pelindo di Ujung Tanduk

Resiko obligasi senior tanpa jaminan Pelindo senilai US$500 juta, jatuh tempo 2023 dan obligasi senior tanpa jaminan US$500 juta, jatuh tempo 2024, belum ada tanda - tanda akan bisa dibayar, bagaimana dan dari mana uang nya. 

SCP bbb -negatif dikarenakan Pelindo, terutama didorong oleh akuisisi baru - baru ini atas jalan tol, yang akan membawa utang sebesar Rp7 triliun - Rp9 triliun, dan rencana belanja modal konsolidasi hampir Rp45 triliun selama 2021-2025. Jalan tol sepanjang 34 km yang menghubungkan Cibitung di Bekasi dan Cilincing di Jakarta Utara. Jalan tol penghubung Pelabuhan Tanjung Priok yang menghubungkan kawasan industri strategis ke Pelabuhan Tanjung Priok, baru beroperasi penuh pada akhir 2022.

Namun, Pelindo sendiri telah mengambil uang APBN melalui dukungan pemerintah sebagai suntikan modal Rp1,2 triliun untuk mengembangkan Bali Maritime Tourism Hub di Benoa, Bali. Pertanyaannya, darimana Jokowi dapat uang untuk ini. 

Memang sebagian besar proyek utamanya adalah proyek strategis nasional berdasarkan keputusan presiden. Manajemen mengharapkan total capex hampir Rp45 triliun selama 2021-2025. Caranya dengan meningkatkan utang untuk membiayai belanja modal. Semua itu butuh dukungan pemerintah alias suntikan dana APBN. Maka Pelindo bisa selamat membayar utang yang jatuh tempo 2023 dan 2024.

Sementara,  saat yang sama terjadi penurunan peringkat negara Indonesia. Saat yang sama utang bersih/EBITDA yang disesuaikan  berada di atas 7,0x. Wuih!

Tahun  lalu, peti kemas konsolidasi Pelindo turun 7% menjadi 15,5 juta unit, setara dua puluh kaki pada tahun 2020 karena efek pandemi Covid-19. Sebagai perbandingan, PDB Indonesia mengalami kontraksi sebesar 2,1% pada tahun 2020.

Sekarang bagaimana caranya membayar utang, sementara penerimaan atau pendapatan turun. Bagaimana mendapatkan utang bqru,  sementara peringkat lemah dan cenderung negatif. Lalu bagaimana berkiprah ke depan menjadi andalan Tol Laut presiden Jokowi kalau kinerja kian Memburuk. Bisa bisa tol laut gagal. 

Mudik Lebaran

Tol sejatinya  buat mudik lebaran, kalau buat  bisnis murni kayaknya gak masuk hitungan. Sebagai bagian dari fasilitas utama yang dipersiapkan pemerintah untuk mudik lebaran,  tampaknya tol sudah gagal total. Selebar apapun tol yang dibangun di darat tidak akan sanggup menandingi lebar dan luasnya lautan. 

Inilah mengapa stakeholder laut, yang di komandoi  Pelindo dituntut kiprahnya untuk mensukseskan tol laut Jokowi. Sebuah program andalah yang dijanjikan dan telah menghantarkan jokowi dua periode dan sekarang telah diminta tiga periode oleh para pengikutnya. 

Semua kesuksesan tol laut sangat bergantung pada kinerja Pelindo dan rekan - rekan sejawatnya. Namun dengan kondisi utang Pelindo seperti sekarang, maka harus ada usaha lebih dari para pengurusnya, jangan lembek, bukan kah nenek moyang kita pelaut, bukan peternak kerbau atau bebek. 

Ayo bangkitkan  lautan, bikin terang benderang seperti laut Aru, laut Bangka, laut Seram, dengan ribuan kapal mengangkut ikan dari sana. 

Masa mengangkut penumpang mudik tidak bisa? Lebih banyak mana manusia dibanding ikan? Hehehehe.

| Peneliti dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia.