Miliki Perkebunan Unggul, Produksi CPO Sawit di Aceh Masih di Bawah Rata-rata Nasional

Ketua Gapki Aceh, Sapri Basyah. Foto: Irfan Habibi
Ketua Gapki Aceh, Sapri Basyah. Foto: Irfan Habibi

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh, Sabri Basyah, menyebutkan produktivitas crude palm oil (CPO) atau minyak sawit di Aceh di bawah angka rata-rata nasional. Padahal Aceh memiliki kebun terbaik. 


"Secara umum, produktivitas sawit di Aceh jauh sekali merosot. Produktivitas sawit nasional sekarang 3,3 hingga 3,5 ton perhektar dalam setahun," kata Sapri kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu, 16 Juni 2021. 

Sapri mengatakan Aceh masih jauh dari angka produktivitas nasional hanya memproduksi 2,2 ton per hektare dalam setahun. 

Dengan kata lain, Aceh hanya memiliki CPO satu juta ton pertahun. Menurut dia, dengan program peremajaan kelapa sawit rakyat yang digagas pemerintah Indonesia dapat mendorong dan meningkatkan produktivitas. 

Sapri mengatakan untuk mengejar ketertingalan itu harus ada tanggung jawab dari dinas dan pemangku kepentingan demi.  

Sapri menilai saat ini petani sawit di Aceh terlalu euforia dalam menghasilkan produk kualitas super. Namun harus mampu menghasilkan dengan jumlah yang lebih banyak dan bagus.  

Faktanya, kata Sapri, semua CPO di Aceh mengalir ke Belawan atau Tanjungpura, Sumatra Utara. Hanya sebagian kecil pada tahun lalu CPO mengalir lewat pelabuhan di Aceh. Yaitu, pelabuhan Calang dan Lhoksemawe. 

Sapri sangat menyayangkan penghasilan CPO di Aceh terus-terusan merosot. Padahal, Aceh memiliki perkebunan kelapa sawit terbaik, yaitu Socfindo di Nagan Raya. 

"Produktivitasnya bisa mencapai enam ton. Kan sudah dua kali liput angka rata rata nasional," kata Sapri. Maknanya, Aceh masih punya potensi untuk meningkatkan produktivitas minyak sawit.