Minim Kegiatan Ekspor, Pelabuhan Malahayati Merugi

Manajemen PT Pelindo cabang Malahayati bersama sejumlah anggota DPR Aceh saat meninjau aktivitas Pelabuhan Malahayati, Selasa, 5 Oktober 2021. Foto: RG
Manajemen PT Pelindo cabang Malahayati bersama sejumlah anggota DPR Aceh saat meninjau aktivitas Pelabuhan Malahayati, Selasa, 5 Oktober 2021. Foto: RG

Manajer Bisnis PT Pelindo Cabang Malahayati, Anthony, mengatakan Pelabuhan Malahayati siap menjalankan kegiatan ekspor. Apalagi, kata dia, Pelabuhan Malahayati memiliki humber mobile crane (HMC).


Anthony mengatakan Pelabuhan Malahayati adalah satu-satunya pelabuhan di Aceh yang memiliki HMC ini. Namun bulan lalu, keberadaan alat ini menjadi perdebatan karena biaya perawatan tidak sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan alat itu. 

“Kami terbebani dengan adanya HMC ini, tapi kami ingin HMC ini tetap di sini. Karena, dengan adanya dia di sini, sebelumnya ada PT SPIL yang pernah membawa kargonya, namun sudah setop Agustus kemarin karena mengangkut kontainer kosong," kata Anthony saat menerima kedatangan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh di Pelabuhan Malahayati, kemarin.

Dalam kesempatan itu, Anthony juga mengatakan Malahayati memiliki sekitar 7.000 meter persegi tempat penumpukan sementara (TPS) untuk peti kemas atau kontainer sebelum dilakukan pengapalan. Mereka, kata Anthony, telah mengantongi izin dari Bea Cukai, yang memungkinkan Malahayati melakukan kegiatan ekspor impor.

Selama ini, kata Anthony, Pelindo melayani sejumlah ekspor barang dari Aceh dalam jumlah kecil. Salah satunya adalah ponzolan (tras) sebagai salah satu bahan pebuat semen. Namun kapasitas ekspor itu dinilai Anthony masih rendah. Ekspor dilakukan oleh dua perusahaan, yakni PT Samana dan PT Aceh Kiat Beutari. 

"Sekarang ini sedang melakukan pengapalan sekitar 22 ribu ton pozolan,” kata Anthony. 

Anthony juga mengatakan Malahayati tak cukup dalam untuk sandar kapal berukuran besar. Saat ini, kedalaman laut di pelabuhan itu hanya sekitar 8,2 meter. Pelindo, kata dia, mengusulkan pengerukan hingga kedalaman laut di pelabuhan mencapai 12 meter. 

Jika lebih dalam, maka kapal yang sandar di pelabuhan itu dapat memuat hingga 50 ribu ton. Selama ini, kata Anthony, jumlah tras ini mereka hanya bisa mengangkut sekitar 22 ribu ton. “Mereka harus bisa mengangkut hingga 50 ribu ton, baru mereka untung," kata Anthony.

PT Pelindo, kata Anthony, juga mendukung kontainerisasi di Pelabuhan Malahayati. Sebelumnya, PT Pelindo mendatangkan kapal dengan muatan 70 boks peti kemas dengan sejumlah kemudahan . Namun, kata dia, Pelindo tak dapat melakukan kegiatan ekspor jika tak ada komoditas yang dikirim dari Aceh.