Minyak Bumi dan Kelaparan

Ilustrasi: coconut.
Ilustrasi: coconut.

MANUSIA pertama kali mengenal kayu sebagai bahan bakar yang apinya dinyalakan dengan menggesek dua batu hingga panas. Namun seiring perkembangan zaman, manusia mulai mengenal minyak bumi sebagai bahan bakar utama, terutama pada era revolusi industri. 

Kreasi manusia modern terus berkembang hingga terciptanya berbagai mesin. Salah satunya adalah mesin uap. Energi uap dapat menghidupkan menghidupkan mesin. 

Inovasi mesin terus berkembang dari masa ke masa mesin uap digantikan dengan mesin yang digerakkan dengan bahan bakar minyak bumi. Karena dilihat lebih efisien dan inovatif, semua mesinpun dirancang mengikuti desain bahan baku minyak bumi. 

Kebutuhan yang terus meningkat membuat perburuan minyak bumi mulai dilakukan di seluruh penjuru bumi. Tak hanya di daratan tapi juga hingga ke laut dalam.

Penemuan minyak bumi menjadi pencerah bagi dunia baru. Negara Eropa dan Amerika Serikat berkembang pesat mendominasi dan menguasi teknologi. Eksploitasi minyak bumi terus dipacu seiring semakin meningkatnya kegiatan industri. 

Secara langsung dan tak langsung negara industri besar, seperti Amerika Serikat dan Eropa, menguasai kegiatan ekslpoitasi di seluruh belahan dunia. Termasuk dengan melakukan ekspansi ke negara berkembang dan miskin dengan mempengaruhi kebijakan demi mendapatkan sumber minyak. 

Industri modern sejak abad 18 hingga abad 21 merampok produksi minyak bumi dengan rakusnya. Hampir sebagian pasokan minyak bumi diperuntukan untuk konsumsi industri, selebihnya untuk kebutuhan ransportasi dan rumah tangga. 

Seiring waktu, mesin ciptaaan negara barat terus berkembang menjadi mesin penggerak pabrik, listrik dan tarnsportasi. Semua bahan baku minyak bumi dikembangkan berdasarkan kebutuhan mesin dan kreasi bahan bakar minyak bumi. Mobil, sepeda motor, kendaraan angkutan masal kerata api, kapal laut dan pesawat udara, semua butuh bahan bakar minyak bumi. 

Bahan bakar tersebut diolah dalam berbagi jenis seperti solar, avtur, premium dan karosin. Jutaan barel minyak bumi dibutuhkan setiap hari untuk menggerakan roda transportasi. 

Alat transportasi masal kapal laut pesawat dan kereta api hingga mobil memegang peranan penting sebagai alat angkut manusia. Alat tersebut juga mengangkut berbagai bahan  pangan.  

Semua alat transportasi tergantung bahan baku minyak. Bayangkan jika minyak habis  maka terhentilah pasokan pangan lintas negara, pulau dan daerah. Apa yang akan terjadi jika stok pangan akan hilang dari peredaran? Kemacetan alat transportasi memicu chaos.

Distribusi pangan

Apa kaitan antara minyak dan pangan? Proses tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:  panen di kebun petani terdiri dari beras, ikan daging, dan buah buahan, dikemas dan dipasarkan. Kemudian proses distribusi panjang melintasi benua, pulau dan daerah. 

Seperti petani menanam tanaman, tanaman di panen dan dipasarkan ke berbagai areal bahan pangan tersebut diangkut menggunakan alat transportasi dari truk, pesawat, kereta api hingga kapal laut. 

Asumsinya adalah semakin besar permintaan pangan impor maka makin besar pula kebutuhan tranportasi. Di sinilah pangkal masalahnya. Distribusi bahan pangan butuh  bahan bakar minyak. Saat tak ada minyak, maka alat transporatsi akan terhenti. Distribusi kebutuhan pangan masyarakat dari kota hingga desa macet.   

Belum lagi jika bahan pangan diimpor. Mata rantai distribusi kian panjang. Distribusi bahan pangan melintas benua dan pulau hingga barang pangan tersebut hadir di rak toko di sekitar kita. Pangan seperti beras, gandum dan buah buahan, semua membutuhkan proses distribusi yang relatif panjang. Dan ini juga membutuhkan jutaan barel minyak. 

Saat ini, pasar global terus merayap membentuk kecenderung yang sangat konsumtif dan rakus. Kampanye produk di berbagai media seperti iklan televisi, media sosial, dan media massa. 

Propaganda produk impor juga dahsyat. Pasar global menyentuh hampir semua lapisan masyarakat, dari kota hingga desa. Ratusan supermaket hadir di hampir semua kota, baik provinsi dan kabupaten. Termasuk juga lewat aplikasi berbelanja online. 

Masyarakat Indonesia dipaksa berbelanja barang pangan global. Pasar global super rakus menyediakan semua bahan baku pangan dari makanan minuman hingga produk primer  lainnya. 

Di sisi lain, bahan pangan global juga sangat berdampak terhadap lingkungan. Barang-barang ini dikemas dan saat kemasan itu tak terpakai, maka yang tersisa adalah sampah yang mencemari lingkungan.

Suatu saatm cepat atau lambat, minyak bumi akan habis. Dan ini akan berdampak terhadap stok pangan Indonesia. Ketergantungan distribusi pangan terhadap alat transportasi konvensional akan mengganggu stabilitas politik dan keamanan. Karena hal ini akan berdampak pada kelaparan. 

Akankah Indonesia sanggup bertahan tanpa kebutuhan dasar tersebut? Bagaimana mengefisienkan kebutuhan pangan dan bahan bakar minyak? Walau pemerintah melakukan beberapa hal seperti kebijakan konversi minyak tanah ke bahan bakar gas, tapi itu hanya kebijakan sesaat. 

Negara harus memikirkkan alat transportasi alternatif yang tidak lagi bergantung pada minyak bumi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik dan penggunaan energi baru terbarukan.

Lewat kampanye yang terukur dan insentif negara dan pemerintah harus mendorong tumbuhnya industri yang digerakkan oleh energi baru terbarukan. Di luar negeri, hal ini sudah mulai dirancang dengan sangat terukur. Dalam urusan ini, Indonesia harus jadi pemain. Negara ini tak boleh sekadar menjadi pasar yang terus tergantung pada pasokan impor.

| Penulis adalah pemerhati lingkungan dan satwa liar.