Muhaimin Iskandar Jangan Merasa Lebih Besar dari NU

Muhaimin Iskandar. Foto: RMOL.
Muhaimin Iskandar. Foto: RMOL.

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Rahmat Hidayat Pulungan,  mengingatkan Muhamimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, tidak melupakan sejarah. 


"Jika mengacu ke sana (PKB dilahirkan PBNU), artinya kepemilikan saham dan pengendalian operasional PKB harusnya di bawah kendali PBNU," kata Rahmat seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 26 Januari 2022.

Jarak relasi politik PBNU, di bawah kepemimpinan Yahya Cholil Staquf, dengan PKB saat ini semakin merenggang. Dua Ketua PCNU di Jawa Timur dipanggil oleh PBNU itu buntut dari keterlibatan mereka pada deklarasi Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden.

Rahmat mengatakan, mengacu pada teori organisasi modern, siapa yang menjadi pemegang saham utama juga memiliki mandat ganda sebagai induk. Pemilik saham berhak berhak mengendalikan dan mengaudit keuangan, operasional, dan kinerja PKB.

Aktivitas politik PKB yang tidak berkoordinasi dengan PBNU. Di saat yang bersamaan, Cak Imin dan pengurus berani melakukan kegiatan politik di level struktur NU baik di level PCNU ataupun MWC.

Tindakan politik PKB itu, kata Rahmat, seperti ingin mengerdilkan NU dan PBNU. Cara berorganisasi yang salah kaprah seperti ini, kata dia, harus diingatkan. 

Rahmat juga menyinggung tentang bantuan PKB yang selama ini disalurkan kepada NU. Ia meluruskan pemahaman yang menganggap dengan bantuan PKB berimplikasi pada kondisi NU yang di bawah kendali PKB.

Bantuan PKB pada NU adalah merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Bahkan ia berpendapat, struktur NU dari PBNU hingga PCNU berhak melakuan audit. PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin harus segera berbenah diri dan tidak boleh merasa melebihi NU. Bahkan, setiap kegiatan politik PKB seharusnya mendapatkan restu dari PBNU.

"Lama kelamaan kita lihat semakin salah menempatkan dirinya di depan PBNU. PKB seolah-olah lebih hebat dan berjasa dari NU," kata Rahmat.