Muhammad Bin Musa Khwarizmi, Ilmuwan Islam Paling Berpengaruh di Dunia

Muhammad bin Musa Khwarizmi. Ilustrasi: net.
Muhammad bin Musa Khwarizmi. Ilustrasi: net.

DARI semua pemikir besar yang memperkaya berbagai cabang imu pengetahuan, kedudukan Muhammad bin Musa Khwarizmi sangat menonjol pada permulaan era Islam. Dia menjadi seorang ilmuwan terbesar sepanjang masa, bahkan paling besar pada zamannya. Khwarizmi juga seorang jenius yang mahir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan banyak menyumbangkan karya abadi dalam matematika, musik, geografi dan sejarah.

“Al-Khwarizmi merupakan tokoh utama pada awal sejarah matematika Arab,” kata Phillip K. Hitti dalam buku The History o the Arabs. Sebagai seorang di antara pemikir Islam terbesar, pengaruh ajaran matematikanya tersebar melampaui penulis abad pertengahan mana pun juga.

Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (780—847) dilahirkan di Khwarismi (Khiva Modern), yang terletak di bagian bawah dataran Amu Dairy. Para leluhurnya berimigrasi dari tempat asal mereka dan menetap di Qutrubulli, sebuah distrik di bagian barat Baghdad. Masa mudanya tidak banyak diketahui. Menurut H Suter, dia wafat pada sekitar 803—844, sedangkan CA Nallino lebih tegas memperkirakan tahun kematiannya pada 846—847.

Khwarizmi segera menduduki posisi penting di Darul Hukama yang didirikan Al-Ma’mun, Khalifah Abbasiyah, yang terkenal tu. Dia dipercayakan bergabung dengan aparat penyelidik astronomi yang dipimpin dan dilindungi khalifah yang berbakat tersebut.

Sebagai seorang matematikawan, Khwarizmi meninggalkan jejak yang tidak ternilai pada lembaran sejarah ilmu matematika. Tidak disangsikan lagi dialah seorang di antara matematikawan terbesar dan paling orisinal yang pernah dihasilkan dunia. Dibandingkan dengan daftar susunan astronomi kuno, hasil karyanya sangat berbeda, baik dalam ilmu hitung kuno maupun aljabar.

Mengomentari karyanya yang paling gemilang tentang aljabar Hisab al-jabr wal Muqaballa pengarang The History of Arabs mengatakan, “Diterjemahkan pada abad ke-12 ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona, karya Khwarizmi telah digunakan hingga abad ke-10 sebagai buku teks utama matematika di universitas-universitas Eropa dan bersamaan dengan itu, karya-karya Khwarizmi juga berjasa dalam memperkenalkan angka-angka Arab yang disebut Algorisme ke dunia Barat. Karya Khwarizmi mempengaruhi para matematikawan termasyhur lainnya, seperti Umar Khayam, Leonardo Fibonacci dari Pisa, dan Jacob dari Florence."

Karya matematikanya merupakan sumber utama ilmu pengetahuan dan menjadi bahan pembicaraan untuk masa yang cukup lama. Georgé Santon sangat memujanya ketika menyatakan Khwarizmi sebagai salah seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya, dan yang terbesar pada zamannya. Ia mensistematiskan matematika Yunani dan Hindu. Buku ilmu hitung kuno karangannya, yang dikenal sebagai Kitabul Jama-wat-Tafriq musnah naskah Arabnya, tetapi terjemahan Latinnya, “Frattati d’Arithmatica”, cetakan Bon Compagnie pada 1157, masih bisa dijumpai di Roma.

Al-Khwarizmi merupakan orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka nol. Melalui dialah Eropa belajar menggunakan angka nol atau nihil, yang pemakaiannya memudahkan penerapan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Buku karangannya mengenai metode berhitung India telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Adelard dari Bath, pada abad ke-12, dan dinamakan “De Numere Indic”. Buku tersebut masih ada, walaupun naskah ash Arabnya sudah lenyap.

Menurut J. Ruska, terjemahan Latinnya mirip dengan karyanya tentang bilangan Hindi, Kitab ul-Jama-wat Tafriq bi Hisab al Hind”. Kitab “Fibrist” karya Al Nadim mungkin disebabkan oleh kesalahan para penyalin naskah, Sarad bin Ali, telah keliru menempatkan tiga buku terkenal karangan Khwarizmi, (1) Hisab al-Hindi, (2) Al Jama-wat Tafriq, dan (3) Aljabr wal Muqabala.

Al-Khwarizmi adalah pengarang Hisab al-Jabr wal Muqabla, sebuah buku pelajaran yang berharga, berisikan uraian dan penjelasan tentang persamaan linear dan kuadrat. Ia dianggap istimewa sebagai salah seorang penemu aljabar, karena keberhasilannya memajukan cabang ilmu ini hingga mencapai puncaknya. Bukunya yang terkenal memuat kalkulasi integral dan persamaan yang diajukan melalui lebih dari 800 contoh.

Dia pula yang memperkenalkan tanda-tanda negatif, yang sebelumnya tidak dikenal di Arab, disertai penjelasan dengan enam contoh yang berbeda. Dialah yang menerangkan geometrik, dengan angka-angka untuk persamaan kuadrat, misalnya, x 210 pangkat X = 39, yang oleh para matematikawan sesudahnya secara berulang-ulang digunakan lagi.

Robert Chester merupakan oran pertama yang menerjemahkan karya ini ke dalam bahasa Latin, pada 1145, yang sekaligus memperkenalkan aljabar ke benua Eropa. Kemudian, buku itu juga diterjemahkan Gerard dari Cremona. Buku aljabar al-Khwarizmi ini jelas dan baik susunannya. Setelah merampungkan persamaan dari derajat kedua, dia meneruskan dengan sifat-sifat aljabar, perkalian, dan pembagian.

Dalam buku Legacy of Islam, Carra De Vaux berkata, “Pada abad ke-18, Leonardo Fibonacci dari Pisa, seorang ahli aljabar yang disegani dan berpengaruh, menyatakan ia banyak berutang pada bangsa Arab. Dia melawat ke Mesir, Suriah, Yunani, dan Sisilia dan mempelajari metode  Arab yang diakui lebih baik dari metode Pythagoras, dan menyusun “Liber Abaci” dalam 15 bab, yang sisanya mengenai kalkulasi aljabar Leonardo menghitung enam kasus persamaan kuadrat seperti yang diajarkan Al-Khwarizmi.”

“Terjemahan aljabar Khwarizmi oleh Robert Chester menandai suatu zaman perkenalan dan kemajuan cabang ilmu ini di Eropa. Pengaaruh besar terjemahan Latin karya Khwarizmi oleh Robert,” kata seorang orientalis modern, “tidaklah dilebih-lebihkan, karena ia menandai era awal aljabar di Eropa.”

Tidak ternilai juga sumbangan Khwarizmi untuk ilmu ukur sudut. Tabel ilmu ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi sinus dan garis singgung diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1126 oleh Adelard dari Bath.

Al-Khwarizmi adalah seorang astronom yang kecakapannya menonjol. Khalifah Al- Ma’mun memahami derajat meridian yang diukur Khwarizmi di daratan Sanjar, di utara Eupharates, para ahli astronominya menggunakan metode yang lebih baik daripada metode Yunani. Hal ini merupakan salah satu pekerjaan geodetik yang mulus, yang paling berhasil dilaksanakan sekelompok astronom di bawah pimpinan Musa al-Khwarizmi. Tujuan operasi astronomi ini ialah untuk menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Pengukuran dilakukan baik di Sanjar maupun di Palmyra.

“Dengan hasil 56 persen mil Arab sebagai panjang sebuah derajat meridian, sungguh hasil luar biasa, hanya berbeda 2,877 kaki dari panjang yang sebenarnya,” kata C.H. Nalino. Hal itu membuat garis tengah bumi menjadi 6.500 mil, dan kelilingnya 20.400 mil.

Muhammad bin Musa al-Khwarizmi, seorang jenius yang mahir dalam sejarah Islam, juga menerjemahkan Sidhanta, atau Tabel India beserta ulasannya. Dia telah menulis sebuah buku berharga yang menguraikan persoalan astronomi secara mendalam, juga mengumpulkan dan menyusun tabelnya sendiri, yang setelah dua abad kemudian direvisi dan disempurnakan astronom Spanyol Majriti, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Adelard dari Bath pada 1126. Ia menjadi dasar bagi ilmuwan sesudahnya yang berkecimpung dalam penulisan astronomi, baik di Timur maupun di Barat, menggantikan semua tabel Yunani dan India. Tabel ini juga diadaptasikan di Cina, termasuk nilai-nilai ilmu ukur sudut, serta fungsi sinus dan garis singgung tangent, yang memiliki kesamaan dengan kecenderungan penulis-penulis terdahulu ketika ilmu ukur sudut belum memperhitungkan subyek yang terpisah.

Dia menulis dua buku astrolabel, yaitu “Kitab al-Amal bin Asturlab”, dan “Kitab Amal al-Asturlab”. Yang pertama tentang cara penggunaan astrolabel dan yang kedua berhubungan dengan seni membuat astrolabel. Kifti telah menyinggung buku pertama. Dia juga menulis al-Rukhama, buku tentang penentuan waktu melalui bayangan matari, yang kini sudah punah.

Khwarizmi, juga mempelajari sisi praktis astronomi. Menurut Abu Mashar, seorang astrolog terkenal, “dia menyelidiki sampai berapa jauh hubungan tanda kelahiran Nabi Muhammad saw dengan masa depannya sebagai seorang pemuka umat.”

Buku matematikanya yang juga membicarakan teori musiknya, diterjemahkan oleh Adelard dari Bath pada abad ke-12, dan dibert judul Liber Ysagogarum Alchorism. Buku ini berisi bab tentang musik. Melalui terjemahan bahasa Latin ini, pandangannya mengenai musik dibawa ke Eropa, dan menurut Phillip K. Hitti, merupakan perkenalan musik Arab yang pertama ke Dunia Latin.

Al-Khwarizmi juga seorang ahli ilmu bumi yang berprestasi. Bukunya, Kitab Surat al-Ard (buku mengenai bentuk bumi), menjadi dasar ilmu bumi Arab. Naskah buku ini disimpan di Strassburg (Jerman). Abdul Fida, ahli ilmu bumi terkenal, menyebutnya sebagai Kitab Rasm al-Rub al-Mamur (buku yang menggambarkan bagian-bagian bumi yang dihuni manusia). Buku ini dihiasi peta-peta, dan terjemahan latinnya disunting oleh CA Nallino, yang menyatakan, “Tidak ada orang Eropa yang dapat menghasilkan karya seperti ini pada permulaan aktivitas ilmu pengetahuan.”

Belakangan H Von Mazik menerjemahkan dan menyunting buku ini disertai catatan tertentu tentang bagian yang berhubungan dengan Afrika. Buku ini mengoreksi dan menyempurnakan aneka fakta dan pendapat yang sebelumhya dijelaskan Plolemy.

Khwarizmi menulis buku sejarah, Kitab at-Tarikh yang menjadi sumber bagi Masudi dan Tabri. Kisah perjalanan kembalinya Khalifah Ma’mun ke Baghdad, yang ditulis oleh Tabri, mungkin diambil dari buku ini.

Sumber : Hundred Great Muslims, Jamil Ahmad, Lahore, 1984