Negara Meksiko Tak Aman bagi Jurnalis

Wartawan melakukan aksi pemogokan untuk menuntut keadilan atas pembunuhan wartawan pada bulan Mei di Mexico City. Foto: The Guardian.
Wartawan melakukan aksi pemogokan untuk menuntut keadilan atas pembunuhan wartawan pada bulan Mei di Mexico City. Foto: The Guardian.

Seorang jurnalis yang hilang di Meksiko ditemukan dalam keadaan tewas. Insiden ini menambah kasus jurnalis yang tewas dibunuh sepanjang tahun, menjadi 14 orang.


Jenazah Juan Arjon Lopez ditemukan di kota perbatasan San Luis Rio, Colorado, kemarin. Juan ditemukan setelah dinyatakan hilang pada 9 Agustus lalu.

Dalam konferensi pers, jaksa agung negara bagian Sonora itu mengatakan tato ditubuh di jenazah yang ditemukan cocok dengan milik Lopez, jurnalis portal berita A Qué Le Temes, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL.

Pada 10 Januari lalu, jurnalis Jose Luis Gamboa juga ditemukan tewas di negara bagian Veracruz. Tahun 2022 dinilai sebagai tahun yang paling mematikan bagi para jurnalis karena tinggi pembunuhan.

Meksiko menjadi negara paling tidak ramah bagi para jurnalis di luar zona perang. Aksi kekerasan terhadap pers yang sering terjadi memunculkan kritik terhadap Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.

Presiden juga dituduh oleh lawan-lawannya telah mengucilkan dan menyerang wartawan. Lopez Obrador lantas menanggapi kritikan tersebut dalam konferensi pers yang dilakukan pada Selasa.

“Sangat disesalkan apa yang terjadi pada profesi mulia jurnalisme di Meksiko, dengan pengecualian terhormat, bukan bermaksud untuk menggeneralisasi, tapi ini adalah salah satu yang terburuk. Kemerosotan akhlak jurnalisme telah tunduk pada kepentingan pribadi, di akhir zaman,” ujar Lopez Obrador.

Lopez Obrador mengecam media menyerang pemerintahannya dengan mengatakan wartawan memihak kelompok konservatif yang kritis terhadap pemerintahan.