Negara Pro Sungai

Ilustrasi. Foto: ist
Ilustrasi. Foto: ist

Karya-karya arsitektur megah tidak hanya pada bangunan gedung,  juga terdapat pada jembatan. Karya seni arsitektur tersebut diilhami oleh ragam khasanah sosial budaya setempat. Baik itu dalam konteks kenegaraan  maupun konteks sebuah negeri. Jembatan yang melintas sungai menjadi ikon negara dan kebanggaan bangsa. Jembatan dan sungai sebagai alat pemersatu daratan.

Lihatlah sungai disebuah negara yang menjadi indikasi  apakah negara tersebut sehat dan bersih, atau kotorkah sungainya? Ini menandakan bahwa  negara tersebut kacau balau dalam menata lingkungannya juga sebaliknya. Sungai menjadi harkat kebersihan lingkungan, sungai menjadi daya tarik sebuah kota, masyarakat kota  bangga akan sungainya sebuah tempat yang menjadi cerita-cerita sejarah  bagi sebuah bangsa. Sungai adalah ikon bangsa.

Secara gamblang dalam mengamati nilai estetika bahwa sungai adalah wujud prilaku warganya. Semakin jernih airnya, semakin baik pula negara tersebut. Semakin kotor, maka carut marutnya negara tersebut. Cerita-cerita menarik sebuah negeri terwujud dalam tatanan sosial budaya yang berkenaan dengan pengelolaan sungai.

Secara tak langsung banyak negara maju menganut paham pemanfataan konservasi air dan sungai yang bermuara pada pengelolaan lingkungannya. Pengelolaan kawasan  berbasis sungai walhasil adalah  sungai bersih dan mutu air yang sehat dan baik. Seperti negara Belanda, Singapura, Inggis dan sebagainya. Sungai di negara tersebut bisa saja dikatakan sebagai asset bencana yang terpendam. Tapi yang terpenting dinegara tersebut adalah, menjadikan sungai sebagai asset untuk pengembangan  strategis ekonomi melalui ragam jasa. Misalnya, jasa transportasi, jasa eko wisata dan yang utama ialah jasa penyediaan air sehat dan bersih.

Negara maju tersebut  memanfaatkan sungainya. Tercermin dari bangunan fisiknya, dibangun dengan teknologi canggih melalui jembatan. Waduk bendungan   yang super megah. Bahkan menjadi sebagai simbol kebanggaan arsitektur. Itu adalah alat bukti terhadap baiknya sebuah pengelolaan sungai. Seperti terjadi Amerika , Belanda dan negara lainnya di Eropa juga di beberapa negara maju di Asia.

Dulu pendirian sebuah negeri oleh para pendahulu memilih dengan cermat sebuah lokasi kota. Memilih areal strategis yang berdekatan dengan sumber air. Yakni sungai, kota besar maupun kampung –kampung kecil tak jauh dari lokasi sungai. Tata ruang ada dalam jiwa para perintis negeri. Mereka memilih lokasi yang berdekatan dengan akses kehidupan air  disungai, Sungaipun  erat kaitannya  dengan peradaban manusia hingga membentuk kareteristik sosial dan budaya,  para perintis kota  memilih lembah daratan yang sekarang dikenal  dengan daerah aliran sungai, dapat dilihat dibeberapa Negara seperti  mesir dengan sungai Nil, India dengan Gangganya, Brazil dengan sungai amazonnya begitu juga di nusantara ini kerajaan -kerajaan selalu berhubungan dengan sungainya.

Sungai sebagai indikator baiknya sebuah perencanaan. Baik itu pengelolaan hutan di hulu dan di hilir. Hal itu bisa dilihat dari kualitas dan mutu air tersebut. Semakin keruh, maka semakin buruk pengelolaannya. Begitu juga sebaliknya. Ini berarti semakin baik kualitas air tersebut, maka zona penyangga sungai alias hutan masih terjaga dengan baik dan pola ruang sungai terjaga.

Dewasa ini, pemanfaatan sungai dalam konteks air juga dikemas hingga sedemikian rupa. Dari instalasi air minum yang dekelola oleh pemerintah dan swasta, air botol kemasan, susu segala merek hingga minuman energi yang dikemas dalam berbagai bentuk  yang tersedia  dirak - rak  pusat perbelanjaan, air menjadi komponen ekonomi  yang utama di sebuah negara.

Disamping membawa manfaat,  sungai juga rentan mendatangkan bencana, dewasa  ini aktivitas rutin seperti  banjir dan banjir bandang sering menghantui  sebuah kota, berakibat  menghancurkan sarana dan prasarana, bahkan korban jiwa,  ini adalah dampak buruk  pengelolaan sebuah sungai.

Daerah tangkapan air harus dijaga super ketat agar sumber kehidupan lestari dari hilir pun juga dibarengi dengan penataan pola ruang,  hutan terjaga begitu pula daerah hilir rawa dan kawasan lahan basah yang harus tetap pada porsinya sebagai kawasan penampung air  dan  fungsi hutan maggrove yang secara alami adalah tempat menampung banjir dan berfungsi sebagai tempat pembuangan akhir dari jatuhnya air dari sungai dan hujan, jika di ubah fungsinya maka air akan menuju kepemukiman – pemukiman  dan sifat pisik air yang mencari dearah terendah,  yang secara alami menenggelamkan suatu daerah, jika hal ini tak diperhatikan secara  seksama  maka bencana rutin akan selalu terjadi di sepanjang tahun dan sudah tentu kemiskinan menanti masyarakat.

Penataan sungai harus terencana dengan sistematik dan intergrasi, pembagian  wilayah dengan bentuk zonasi sungai haruslah dengan cermat dicanangkan,  seperti sungai sebagai daerah proteksi,  daerah penyangga, pemukiman hingga daerah pemanfaatan juga penggunaan tehnologi tepat guna juga diperlukan untuk memperbaiki infrastruktur.

Banjir kadang sering melumpuhkan ekonomi hingga menelan korban jiwa, saat ini siklus banjir  hanya pada kisaran bulan dan hari,  iklim pun tak tentu arah hingga akhirnya diperlukan alat - alat teknolgy yang mahal untuk mengatasi dampak buruk dari perencanaan sungai,  upaya-upaya  perbaikan sungai seperti penggalian, perbaikan  bantaran sungai hingga pembuatan waduk untuk menampung air yang kesemuanya membutuhkan pendanaan yang besar, kadang menjadi beban anggaran, tehnology yang mahal ini juga diharapkan berperan dalam mengatasi masalah bencana air,   walau ini adalah pilihan alternatif, tapi apa mau dikata,  bencana banjir selalu menghantui bumi Nusantara ini.   

Sebagai contoh , baru - baru ini terjadi akibat kesalahan dalam mengelola sungai  di Provinsi Jawa Barat yang selalu dilanda banjir hingga hitungan bulan,  air mengendap tak tentu arah , tak ada ruang penataan kawasan  sungai dan berakibat fatal,  daerah dataran tinggi ini dilanda banjir melalui sungai citarum, sungai ini,  saat ini ngambek dan ngamuk dengan memuntahkan airnya.

Hanya solusi tekhnolgy tepat guna yang dapat mencegah bencana ini, upaya - upaya  memperdalam sungai dan membuat jebakan air, pembuatan  kanal - kanal baru hingga waduk untuk menampung curahan  air yang berlebihan demi mengeluarkan air yang terendam di wilayah ini dan tentu saja perencanaan ini membutuhkan biaya besar dan alat - alat modern hingga dukungan para pihak di Provinsi Jawa Barat ini agar terlepas dari bencana air ini,  bayangkan jika saja  semua sungai provinsi ini “Ngambek dan Ngamuk” maka yang terjadi adalah lumpuhnya sendi - sendi ekonomi negara ini. melaratlah Negara ini,  hutang lagi negara ini keluar negeri mencari sedekah ke negara donor  untuk membangun kembali infrastruktur yang rusak.

Walau cara pandang kebijakan terintepretasi bahwa sungai sebagai alat pemisah harus segera dihilangkan,  tapi menjadikan  sungai sebagai alat untuk mempersatukan sebuah wilayah dalam konteks   kepentingan  yakni air, “Manusia  Pengguna Air Bersih”, Ini yang memudahkan , kesatuan dalam limpahan bencana, dan sungai sebagai  kesatuan dalam pemanfatan air, jadikan sungai sebagai alat persatuan dan kemajuan  pembangunan di Indonesia.

Indonesia dikenal dengan negara kaya biodiversity negara yang memiliki hutan nan luas plus rusak, ratusan sungai terdapat dinegara ini, sungai menjadi urat nadi kehidupan, tempat hidup dan kehidupan , adanya perencanaan  pembangunan strategis sungai harus segera di inisiasikan, negara ini harus dijadikan sebagai negara “Pro Sungai”,  bukan negara Pro Daratan sehingga ada kebijakan khusus yang menelaah tentang fungsi penting sungai dan DAS itu sendiri.

Sebagai contoh,  sangat jarang di Provinsi di Indonesia yang menetapkan transportasi air   sebagai jalur utama, semua jalur transportasi bertumpu pada daratan, hingga berakibat pada perawatan jalan yang kian besar,  berujung membebankan anggaran negara, bisa dibayangkan jika negara memanfaatkan jasa transportasi air dan berpihak pada pengelolan sungai,   padahal secara nyata bahwa negara ini memiliki banyak sungai, jasa transportasi air lebih murah dan efisien dan berbumbu pada ekowisata.

Jika sungai hanya dipandang Sebelah Mata maka bencana yang lebih besar menunggu di depan batang hidung kita, cepat atau lambat akan terjadi, ini dapat dilhat langsung dengan rutinitas banjir,  “Banjir kecil yang kerap terjadi dan ini adalah tanda - tanda alam yang harus dicermati”. Alam telah memberi peringatan  dengan ancaman-ancaman kecil”. Jika tak di indahkan oleh manusia,  maka alam akan mendatangkan Super Bencana yang maha dahsyat.   

Sudah saatnya merubah paradigma yang memandang sungai kawasan tempat buang air, jalur perumahan kumuh, jalur selokan  dan MCK, mari jadikan sungai sebagai kawasan pembangunan strategis yang menyatukan wilayah hulu dan hilir,  maka  hal ini berguna  untuk menghindari bencana di awal (early warning system) dan diharapkan  bencana dapat dicegah sedini  mungkin,  kembali lagi lihatlah kondisi kekinian  di negeri ini,  pada musim penghujan semua Provinsi panen air keruh dan otomatis diikuti panen bencana air dan tanah yang berujung pada macetnya roda - roda ekonomi.

Hal ini amat merugikan negara ini, sangat disayangkan komponen paling mudah dalam pengelolaan lingkungan yakni sungai  sering dilupakan begitu saja,  hanya diingat ketika  ada bencana banjir,  baru masyarakat dan pihak pemerintah di negara ini ramai - ramai membicarakan sungai,  dan anehnya lagi  ketika air banjir sungai tadi surut, maka surut pula perencanaannya, lupa lagi.

Situasi  ini selalu berulang dan berulang hingga beberapa episode, kadang terlupakan , penetapan kawasan sungai dan harus segera didorong oleh Pemerintah baik pusat maupun Daerah , penetapan kebijakan dengan mengelola daerah strategis seperti zona penyangga, zona budidaya dan zona pemanfataan di daerah Aliran Sungai  harus segera ditertibkan, hal ini perlu untuk mencegah bencana yang lebih besar.

Pemerintah baik Pusat dan Daerah harusnya segera sadar, “Buka Mata dan Telinga” akan pentingnya sungai, para pemangku kekuasaan harus bersinergis,   Pemerintah harus duduk bersama menata pola ruang untuk sungai dengan berupaya membentuk sebuah wadah strategis yakni Badan Otoritas Sungai dan Danau Indonesia (BOSDI)  yang diharapkan memiliki peranan dan wewenang yang cukup kuat,  jika perlu pembentukan lembaga ini melibatkan beberapa Kementrian seperti BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Kehutananan Perkebunan, Pertanian dan jika perlu dilekati dengan unsur TNI dan Polri. Lembaga itu diharapkan menata ulang dan membangun kawasan strategis sungai di Indonesia .    

Ini harus segara dilakukan mengingat tingkat bencana terjadi dewasa ini atau jika  perlu Pemerintah Indonesia harus segera menetapkan status "Siaga Satu Pengelolaan Sungai" dengan kembali menata ulang semua kebijakan pembangunan kehutanan dan pembangunan  Ekonomi yang terkait dengan daerah aliran sungai di Indonesia,  dan diikuti dengan upaya menertibkan usaha penghancuran hutan dan pembukaan kawasan  Daerah Aliran Sungai di daerah hulu  hingga hilir dan memastikan tak ada pihak yang menggrogoti sungai.  

Kalau perlu ditindak keras jika ada pihak yang membuka hutan yang berdekatan dengan sungai baik di hulu dan hilir,  begitu juga di kasawasan bididaya dan kawasan hutan,   saatnya ada upaya yang keras untuk melindungi sungai dari ancaman - ancaman ekonomi yang berkedok pembangunan.

Sudah saatnya pihak Pengelola sungai dari Departemen terkait sadar diri, jangan diam membisu dan turun dari singgasananya , seperti Dinas Sumber Daya Air dari Departemen Pekerjaan Umum  dan Badan Pengelolaan Sungai (BP DAS) dari Dirjen RPLS Unit kerja dari Departemen Kehutanan ini dileburkan, kedua lembaga ini secara nyata tidak sinergis dan tak harmonis dalam menata pola ruang Daerah Aliran Sungai, “Mereka terkesan Bermain Solo”, tak memiliki kewenangan yang besar dalam mengelola sungai, seperti saat ini malah bencana banjir yang kerap  terjadi, ini juga indikasi gagalnya kedua lembaga tersebut dan kedua lembaga tersebut harus dijadikan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengelola sungai di Indonesia dan jika dimungkinkan segera harus diganti dengan lembaga baru dengan Badan Otoritas Sungai dan Danau Indonesia, ini adalah harapan baru dalam pengelolaan sungai di Indonesia.

Saatnya negara ini bersatu padu menjadikan sungai sebagai kawasan pembangunan esklusif. Bersihnya dan indahnya sungai – sungai di Negara ini dikarenakan  prilaku orang – orangnya terhadap sungai begitu juga sebaliknya, Sungai sebagai alat persatuan wilayah untuk kehidupan yang lebih baik di Indonesia. Sungai yang membuat negara ini maju, sungai menjadi ciri khas Indonesia. Sungai adalah sosial budaya negara kita Indonesia.

| Penulis adalah pegiat lingkungan Aceh