Pandemi Diyakini Panjang, Israel Kembangkan EXO-CD24 dan Allocetra

Ilustrasi: net.
Ilustrasi: net.

Israel dilaporkan mencari alternatif lain untuk melawan Covid-19. Mereka mengembangkan obat-obatan eksperimental. Dua obat itu adalah EXO-CD24 dan Allocetra.


Meski mengalami lonjakan kasus Covid-19 seperti halnya wilayah-wilayah lain, Israel justru tidak mengalami peningkatan yang signifikan untuk kasus rawat inap dan kematian.

Selain itu, Israel juga memvaksinasi hampir 80 persen populasi orang dewasa di negara itu. 

EXO-CD24 merupakan obat presisi eksperimental untuk inhalasi. Obat ini dikembangkan oleh Profesor Nadir Arber di Tel Aviv Sourasky Medical Center.

Obat ini bertujuan untuk menghentikan badai sitokin yang dialami oleh sekitar 5 hingga 7 persen pasien Covid-19. Badai sitokin sendiri terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel-sel sehat dengan sel-sel sitokin ekstra.

Menurut Arber, EXO-CD24 dikembangkan menggunakan molekul CD24 yang telah ia teliti selama 25 tahun untuk membantu pasien kanker.

"Kami tidak menekan atau mengubah sistem kekebalan (seperti hal nya steroid), melainkan mengembalikannya ke normal dengan mengendalikan aspek sistem yang menyebabkan badai sitokin, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang sering menjadi penyebab Covid serius," kata Arber seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin, 23 Agustus 2021.

Berdasarkan uji coba fase I, EXO-CD24 memberikan hasil yang positif. Semua 30 pasien yang diobati dinyatakan pulih, dengan 29 di antaranya meninggalkan rumah sakit hanya dalam kurun waktu 3 hingga 5 hari setelah diobati.

Kabar baik juga muncul dalam laporan uji coba fase II yang menunjukkan 90 hingga 93 persen pasien Covid-19 yang parah dipulangkan dalam waktu 5 hari.

Uji coba fase II sendiri dilakukan di rumah sakit Yunani oleh komisaris nasinal virus corona Dr. Sotiris Tsiodras.

"Dokter melaporkan tanggapan yang baik, dan ini sangat menggembirakan, serta mendukung harapan kami bahwa obat ini bisa menjadi game changer," kata Arber.

Dari uji coba yang dilakukan, tidak ada kematian yang dilaporkan, dan tidak ada pasien yang memerlukan intubasi atau dipasangi ventilator.

Kendati begitu, Arber mengingatkan, uji coba tahap selanjutnya menjadi sangat penting. Dalam uji coba ini, pasien Covid-19 yang diobati EXO-CD24, akan dibandingkan dengan mereka yang dirawat menggunakan metode plasebo sebagai perbandingan.

Sementara Allocentra merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan imunoterapi Israel, Enlivex Therapeutics. Obat ini dibuat dengan kesadaran bahwa vaksin Covid-19 tidak akan mengakhiri virus corona.

Allocetra sendiri diberikan kepada pasien Covid-19 yang parah melalui infus IV. Obat ini bertujuan memprogram ulang sel-sel kekebalan yang tidak berfungsi.

Dari uji coba, hasil cukup menggembirakan muncul. Sebanyak 19 dari 21 pasien yang menerima Allocetra dapat pulih dan keluar dari rumah sekit dengan rata-rata 5,6 hari setelah mendapatkan terapi itu.

Uji coba fase II dilakukan dengan melibatkan 152 pasien Covid-19 di Israel dan Eropa. Setengahnya mendapat Allocetra dan lainnya plasebo.