Partai Nanggroe Aceh Tak Mungkin Dipimpin dari Balik Penjara

Bendera PNA. Foto: ist.
Bendera PNA. Foto: ist.

Pengamat politik, Nasrul Zaman, menilai sebuah partai politik tidak akan mampu bersaing jika dipimpin dari balik jeruji besi. Hal ini juga mengabaikan sejumlah etika yang berdampak pada kehancuran partai. 


Nasrul mengatakan partai politik saat ini sangat tergantung dari sosok-sosok yang mengendalikan partai itu. Karenanya, partai politik memilih sosok-sosok yang bersih dan kredibel untuk dijadikan seorang pemimpin dan panutan.

Hal ini disampaikan Nasrul menanggapi keberadaan Ketua Umum PNA, Irwandi Yusuf, yang saat ini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat. Irwandi divonis bersalah atas kasus suap dana alokasi khusus yang melibatkan Ahmadi, bekas Bupati Bener Meriah. 

"Ya tidak etis lah (dipimpin dari penjara). Sekarang kan kita mau memperkuat partai lokal. Tidak mungkin dia memimpin dari penjara," kata Nazrul kepada Kantor Berita RMOLAceh, Jumat, 2 April 2021.

Nasrul juga menilai kepemimpinan partai politik dari balik penjara melanggar semua etika yang ada. Dari sisi efektivitas, kata Nasrul, Irwandi tidak akan dapat diajak berdiskusi dengan pengurus partai di Aceh. Apalagi, di dalam penjara, dia tidak waktu dan fasilitas yang memungkinkan untuk menggelar pertemuan-pertemuan virtual.

Karena itu Nasrul menyarankan Irwandi menyerahkan kepemimpinan PNA kepada kader lain. Selain itu, Irwandi juga beberapa tahun memimpin partai. Sosok yang paling tepat untuk memimpin PNA, kata Nasrul, adalah Samsul Bahri alias Tiyong.

"Serahkankan sama Tiyong. Selama ini sebagai ketua tim sukses memiliki rekam jejak yang baik. Saya pikir hal yang wajar. Tidak masalah. Dia juga cakap dalam mengorganisir," kata Nasrul. 

Dengan menyerahkan kepemimpinan kepada Tiyong, berarti Irwandi menjalankan sebuah rekonsiliasi yang saat ini dibutuhkan oleh PNA. Jika tidak, PNA akan tenggelam akibat konflik di internal partai. Sudah saatnya seluruh kader PNA membangun solidaritas dan soliditas. 

Apalagi di masa hadapan, PNA memiliki tugas yang cukup berat. Tugas itu tidak akan dapat diselesaikan dengan baik jika dipimpin dari dalam penjara. “Serahkan saja kepemimpinan partai kepada kader lain. Supaya partai bisa berkembang lebih besar dan lebih baik," kata Nasrul.