Pemda Takalar dan AS Center Dorong Kolaborasi Gerakan Desa Bersih Kelola Sampah

Pemberian penghargaan kepada peserta lomba foto instagram 'Saya dan Balla Barakkaka' dalam rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional. Foto: dok
Pemberian penghargaan kepada peserta lomba foto instagram 'Saya dan Balla Barakkaka' dalam rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional. Foto: dok

Pemerintah Kabupaten Takalar bersama Yayasan AS Center menggelar Temu Warga Desa Bersih serta Lokakarya Pengelolaan Sampah di Desa Galesong, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah, terutama sampah plastik. 


Sampah, terutama plastik, telah menjadi persoalan bagi keberlanjutan ekosistem perairan serta dapat menjadi bencana untuk umat manusia di masa kini dan nanti,” kata Founder Balla Barakkaka ri Galesong, Profesor Aminuddin Salle alias Karaeng Patoto, dalam keterangan tertulis, Ahad, 21 Februari 2021. 

Guru Besar Hukum Agraria Universitas Hasannuddin itu mengatakan sampah merupakan momok bersama. Dia mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis produksi sampah nasional mencapai 175 ribu ton per hari. Rata-rata, satu penduduk Indonesia menyumbang sampah 0,7 kilogram per hari. Sebagian besar mengalir ke laut dan sungai.

Untuk itu, kata Karaeng Patoto, pihaknya memfasilitasi pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat di Galesong dengan memanfaatkan Balla Barakkaka ri Galesong sebagai pusat kegiatan. Beberapa kegiatan tersebut adalah program bersih sungai atau desa bersih. 

Kegiatan ini, kata Karaeng Patoto, merupakan program kolaboratif yang berpotensi menjadi basis pengembangan ekonomi warga. Sejauh ini, program tersebut berjalan lewat bank sampah hingga pemanfaatan sampah daur ulang.

Karaeng mengatakan dampak program ini mulai terlihat. Kampung yang dulu kumuh, dan sungai bersampah, kini mulai terlihat bersih, tertata dan asri. Di sisi lain, keberhasilan ini mendorong potensi pengembangan wisata sungai dan rekreasi ke Balla Barakkaka.

Asrul Hoesein, praktisi pengelolaan sampah tingkat nasional yang sekaligus Direktur Eksekutif Green Indonesia Foundation, dalam kesempatan itu, menyampaikan urgensi kelembagaan dan jaminan keberlanjutan program.

Untuk keberlanjutan, kata Asrul, perlu didorong pendirian koperasi pada tingkat kabupaten. Asrul juga memotivasi peserta pertemuan untuk lebih fokus pada pemberdayaan unit rumah tangga dalam memulai gagasan desa bersih dari sampah ini, misalnya dalam menerapkan komposter sampah organik hingga produksi pupuk organik dari sampah. 

“Saya setuju bahwa kolaborasi dalam pengelolaan sampah ini dibutuhkan, tetapi yang lebih penting adalah perlunya jaminan keberlanjutan melalui pelembagaan,” kata Asrul. Asrul menyatakan bersedia membantu kelompok pengelola, atau bank sampah dengan memberi informasi untuk memasarkan produk-produk olahan dan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat. 

Praktisi media sosial, Kamaruddin Azis, pentingnya keterlibatan masyarakat secara luas agar gerakan tersebut berumur panjang. “Inisiatif harusnya datang dari masyarakat, kalau pun ada ide seperti pengelolaan sampah atau desa bersih seperti ini, maka perlu pendekatan, perlu fasilitasi, dengan mencuri hati warga memahami hakikat melembaga itu.”

Menurut Kamaruddin, semua pihak harus belajar dari kegagalan dan tidak mengulangi kegagalan banyak koperasi selama ini. Dia menyarankan agar koperasi pengelolaan sampah di Balla Barakkaka dimulai dari skala kecil dengan mengedepankan inisiatif warga.  

Di depan tidak kurang dua puluh orang peserta yang umumnya merupakan generasi muda Galesong tersebut dibagikan pengalaman Yayasan AS Center dalam mendorong promosi kebersihan sungai, lingkungan dan pemberdayaan warga Galesong melalui pengelolaan sampah dan pengembangan mata pencaharian.

Mundhakir, Senior Manager SDM dan Umum PLN Sulselrabar, menyatakan dukungan terhadap program tersebut. PLN, kata Mudhakir, mengalokasikan dana CSR untuk memfasilitasi program sungai bersih dan memperkuat kapasitas warga melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas terkait proses daur ulang sampah dan aneka kerajinan tangan.

“Pihak PLN Sulselrabar beberapa waktu lalu telah mendukung pelatihan anyaman bambu di Balla Barakkaka ri Galesong, mendukung pengembangan bank sampah hingga aksi bersih sungai dengan bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Takalar dan Yayasan AS Center,” kata Mundhakir. 

Untuk tingkat desa, penjabat Kades Galesong, Husein Romo, mengungkapkan pihaknya menganggarkan dana untuk pengadaan bak sampah sebesar Rp 50 juta. Dia berharap bantuan itu dapat berkontribusi pada pengumpulan sampah rumah tangga sebelum dijemput unit pengumpul sampah Pemda Takalar dan dibawa ke TPA di Desa Kalukuang.

Buyung Romadhoni, dari Universitas Muhammadiyah Makassar, yang berperan sebagai moderator pertemuan, mengatakan desa atau lingkungan bersih dari sampah memerlukan partisipasi para pihak. Dia mengatakan program kolaboratif bisa didesain bersama, melibatkan masyarakat, Pemda termasuk perusahaan melalui skema CSR hingga perguruan tinggi. 

“Partisipasi dapat dikontribusikan melalui pengalokasian sumber daya serta kerja kolaboratif pada berbagai level. Kuncinya, pastikan masyarakat sebagai inisiator gerakan,” kata Buyung.