Pengamat Minta Partai Politik Waspadai Politikus Kutu Loncat

Ilustrasi: shutterstock.
Ilustrasi: shutterstock.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Aceh, Taufiq A Rahim, mengkritik budaya “kutu loncat” yang kerap dipraktikkan oleh para politikus. Menurut dia, hal ini menunjukkan praktik politik tanpa integritas.


“Dan hal ini marak terjadi. Politikus banyak yang mengabaikan pentingnya integritas dalam berpolitik,” kata Taufiq A Rahim, Selasa, 23 November 2021.

Hal ini juga mendorong orang-orang yang berintegritas enggan berpolitik. Taufiq mencontohkan pengunduran bekas Sekretaris Partai Nasdem Aceh, Nahrawi Nurdin, setelah posisinya digantikan oleh Muslim Ayub, bekas politikus Partai Amanat Nasional.

Taufiq mengatakan banyak politikus yang memanfaatkan peluang untuk mendapatkan jabatan dalam partai politik meski cara itu dilakukan di tengah masalah yang merundung partai. Meski di sisi lain, langkah ini belum tentu dapat mendongkrak elektabilitas partai politik atau politikus yang berpindah partai. 

Taufiq juga menilai politikus yang gemar bergonta-ganti partai politiku tidak memiliki prestasi luar biasa, terutama untuk Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik tidak memiliki filter saat dengan mudah menerima "kutu loncat" yang lebih banyak mendatangkan masalah baru ketimbang menyelesaikan masalah yang ada di partai politik. 

Praktik kutu loncat ini juga semakin menguatkan oligarki politik nasional dan lokal. Saat ini, aturan kepartaian dan pemilu, kata Taufiq, hanya menguntungkan segelintir orang dan elite politik. 

“Partai politik seharusnya mewaspadai dinamika ini. Karena sebenarnya masyarakat membaca dan memantau pergerakan mereka dan akan memberikan keputusan pada saat pemilihan umum digelar,” kata Taufiq.