Pengamat: Pemerintah Terancam Bangkrut

Joko Widodo dan Sri Mulyani. Foto: rmolbengkulu.
Joko Widodo dan Sri Mulyani. Foto: rmolbengkulu.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, memprediksi perekonomian Indonesia tahun ini ambruk. Hal ini adalah imbas pandemi corona terhadap kran ekspor dan impor.


“Pelemahan ekspor-impor bahkan berujung pada bangkrutnya APBN,” kata Salamuddin seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Ahad 7 Februari 2021.

Berdasarkan data BPS, kata Salamuddin, ekspor sektor migas maupun nonmigas pada 2020 menurun 2,6 persen. Sementara impor menurun 17,34 persen. Penurunan ini mengakibatkan turunnya devisa negara dari sektor ekspor. 

Namun, penurunan impor menunjukkan bahwa kinerja industri sedang memburuk mengingat 70 persen impor adalah bahan baku industri. Memang terjadi surplus ekonomi sebesar USD 21,74 miliar pada Januari hingga Desember 2020. 

Angka itu, kata Salamuddin, terjadi akibat pelemahan ekonomi. Dan ini, kata dia, bukan surpus yang baik dan bermanfaat bagi ekonomi. 

Ia menjelaskan, suplus sebagian besar dikontribusikan akibat penurunan impor nonmigas atau bahan baku industri. Dengan ditambah penurunan impor migas, kata dia, ada penurunan kinerja ekonomi yang ditandai berkurangnya konsumsi BBM Indonesia secara signifikan.

Melihat kecenderungan tersebut, ia memprediksi keadaan 2021 tak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Perekonomian Indonesia masih akan melemah. 

Salamuddin menilai belum terlihat tanda-tanda pandemi akan berakhir. Yang terjadi malah sebaliknya. Ditambah dengan bencana alam dan lain-lain dan merosotnya penerimaan negara dari pajak, Salamuddin mengatakan pemerintah terancam bangkrut.

Sementara itu, utang luar negeri yang selama ini menjadi tumpuan pemerintah dinilai tidak bisa didapatkan dengan mudah. Pemerintah juga sudah menarik utang besar dari dana masyarakat dalam negeri seperti dana deposito dan dana publik untuk membiayai APBN.

"Namun ini bakal mewariskan utang yang sangat besar kepada masyarakat. Karena dana masyarakat dipakai untuk menutup defisit APBN," kata Salamuddin.