Penyebab Kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 Bukan Karena Pesawat Cacat Desain

Ilustrasi: X-Pilot.
Ilustrasi: X-Pilot.

Analis penerbangan di Teal Group, Richard Aboulafia, turut bicara mengenai insiden maskapai udara Sriwijaya Air SJ-182 yang hilang. Pesawat ini diperkirakan jatuh di perairan Laut Jawa, Sabtu lalu. 


Saat ini otoritas terkait tengah menyelidiki penyebab kecelakaan itu. Namun Aboulafia tak yakin jika kecelakaan itu adalah akibat dari cacat desain.

“Ini bahkan bukan model sebelum Max, ini telah beroperasi selama 30 tahun sehingga tidak mungkin terjadi kesalahan desain,” katan Aboulafia seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Senin, 11 Januari 2021. 

Pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut adalah jenis Boeing 737-500 dan telah berusia 26 tahun, bagian dari seri ‘Classic’ 737 yang selesai diproduksi pada 1999. Hingga kini belum dapat dipastikan apa penyebab pasti kecelakaan tersebut.

Aboulafia mengatakan Boeng telah membuat ribuan pesawat jenis itu. Model terakhir pesawat itu dibuat 20 tahun lalu. Meski uzur, melihat pesawat itu masih bekerja melayani banyak penerbangan bukan perkara aneh. 

“Dan akan sangat aman dengan asumsi prosedur pemeliharaan yang benar diterapkan dan ditegakkan oleh regulator lokal,” kata Aboulafia.

Jika merunut waktu ke belakang, pada Oktober 2018 dan Maret 2019, dua pesawat model Boeing 737 Max pernah jatuh dan menewaskan total 364 orang. Sejak saat itu pesawat itu kemudian dilarang untuk mengangkasa, sementara regulator dan Boeing bekerja untuk memperbaiki apa yang tampaknya menjadi cacat desain mendasar pada model tersebut.

Pada akhir tahun 2020, setelah penyelidikan intensif, Administrasi Penerbangan Federal akhirnya mengizinkan 737 Max terbang lagi. Ahad lalu Boeing setuju membayar denda pidana USD 2,5 miliar untuk menyelesaikan tuduhan konspirasi penipuan terkait dengan skandal 737 Max-nya.

“Resolusi ini merupakan pengingat serius bagi kita semua, betapa pentingnya kewajiban transparansi kita kepada regulator, dan konsekuensi yang dapat dihadapi perusahaan kita jika ada di antara kita yang tidak memenuhi harapan tersebut,” kata Aboulafia.