Rusia menghadapi kekurangan pasokan obat-obatan, memicu kekhawatiran akan krisis kesehatan di tengah ketegangan global akibat perangnya di Ukraina.
- Rusia Singkirkan 150 Tentara Ukraina saat Coba Seberangi Sungai Dnipro
- Dipimpin Arab Saudi, Dialog Perdamaian Ukraina Dimulai di Jeddah
- Menhan Inggris: Rusia Terlalu Rapuh Lawan NATO
Baca Juga
Dalam pidatonya dengan Dewan Pemerintah, kemarin, Presiden Vladmir Putin mengatakan, hasil inspeksi di lapangan menunjukkan negara itu mulai kekurangan beberapa obat di apotek terutama karena melambungnya harga-harga.
"Ada kekurangan beberapa obat, meskipun faktanya kami banyak memproduksi sendiri obat serta produk farmasi lainnya, yang dalam tiga kuartal tahun lalu tumbuh sekitar 22 persen," kata Putin, seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, 25 Januari 2023.
Putin menjelaskan, 60 persen obat-obatan di pasaran adalah obat dalam negeri. Namun demikian, beberapa obat telah mengalami defisit, dan harga telah meningkat.
Putin mengungkapkan bahwa Rusia tidak membatasi impor obat-obatan dan terus bekerja sama dengan produsen asing. Namun, sanksi Barat yang diberlakukan selama perang di Ukraina, membuat pengiriman ke Rusia terkena hambatan transportasi, asuransi dan bea cukai.
"Ada kelangkaan obat-obatan tertentu, dan harganya naik," ujar Putin.
Toko-toko di Moskow banyak yang tutup karena bisnis menghadapi kejatuhan ekonomi akibat sanksi Barat. Sebagian toko yang masih bertahan dengan rak terisi penuh, tidak memiliki produk-produk Barat, menjadikannya semakin langka dan sangat mahal. Memukul beban ekonomi rumah tangga di Rusia.
- Kembali ke Masa Lalu: Perang Dingin Eropa Abad 21
- Vladimir Putin Menang Telak di Pilpres Rusia
- Wali Nanggroe Bakal Kirim Mahasiswa Aceh ke Singapura dan Rusia