Taliban berhasil merebut Kabul dalam waktu yang singkat pada pertengahan Agustus lalu. Hal tersebut bukti intelijen barat tidak mampu membaca strategi kelompok tersebut.
- Caleg Golkar untuk DPR Aceh Raih Kemenangan Telak di Dapil 5
- Kolaborasi Masyarakat Sipil Aceh Serahkan Draft Usulan Revisi UUPA Ke Kemenkopolhukam
- NATO akan Bawa Ukraina dan Rusia ke Meja Perundingan
Baca Juga
Menurut Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit, ada berbagai fenomena dan gerak-gerik yang dilakukan Taliban dan sebenarnya dapat diinterpretasikan sebagai sinyal.
"Tapi sering tidak dibaca oleh pengamat internasional, bahkan oleh pelaku, di dalam hal ini Amerika sendiri," kata Hendrajit, dalam diskusi RMOL World View , kemarin.
Hendrajit menjelaskan salah satu terpampang jelas adalah perubahan "wajah" Taliban saat ini. Taliban 2021 berbeda dengan Taliban 1996-2001, baik dari segi biografis, geografis, bahkan politik.
"Yang menarik adalah biografis dan religius sebenarnya sudah geser, dari yang tampil dari humas saja lah, itu bukan hanya lancar Bahasa Inggris, tapi British Style English. Berarti itu ditata betul, kalau garis depannya di tata begitu rapih, apalagi di belakangnya," kata Hendrajit.
Selain itu, Hendrajit mengatakan keberhasilan Taliban juga terkait dengan langkah-langkah kecil, berbagai persekutuan strategis dengan China, Rusia, Iran, dan Pakistan.
Bahkan perebutan Kabul merupakan upaya China, Rusia, Iran, dan Pakistan untuk menyatukan dua daerah vital strategis yang dipotong oleh Afghanistan.
Sebelah utara Afghanistan, ada jalur yang membentang antara Afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan, perbatasan China dan Rusia. Sedangkan di selatan dan timur, ada jalur yang dikuasai Pakistan.
Sinyal lainnya yang membuktikan kesepakatan strategis itu terlihat dari langkah Taliban setelah merebut Kabul. Mereka mendatangi Kedutaan Besar Iran di Kabul.
Berbagai langkah Taliban ini tampaknya tidak dipahami sebagai sebuah langkah strategis oleh AS dan para sekutunya.
"Datanya begitu melimpah, tapi enggak bisa dibaca fakta itu... Karena kepingan-kepingan informasi yang dia (AS) dapat seakan-akan tidak berhubungan," kata Hendrajit.
- Partai Demokrat Dorong Sejumlah Kader Utama untuk jadi Calon Kepala Daerah
- Nelayan Aceh Ditangkap di Thailand, DPRA Layangkan Surat ke Kemenlu
- 13 Nama Disodorkan pada Tim 5 sebagai Kandidat Ketua DPC Partai Demokrat di Aceh