Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Aceh bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh melakukan penanaman bibit Mangrove atau pohon bakau. Kegiatan dalam rangka memperingati hari nusantara tahun 2022 dipusatkan di kawasan Aceh Mangrove Park PPS Lampulo, Banda Aceh, Selasa, 12 Desember 2022.
- Nelayan Dilarang Melaut saat Peringatan Tsunami Aceh
- Nelayan Tradisional Perlu Sarana Informasi Khusus Terkait Perubahan Cuaca
- Gelar Rembuk Iklim, KNTI Aceh Besar Bahas Sejumlah Permasalahan Nelayan
Baca Juga
"Sebanyak 2000 bibit magrove kita tanam, aksi ini dilakukan di 46 wilayah di seluruh Indonesia," ujar Koordinator hari Nusantara, Rahmi Fajri, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Selasa 13 Desember 2022.
Rahmi mengatakan kegiatan ini dilakukan sebagai upaya menggelorakan kembali ekosistem Mangrove di Provinsi Aceh. Menurutnya tanaman mangrove sangat penting bagi ekosistem laut, sehingga langkah positif dari kegiatan ini melibatkan seluruh elemen.
"Kita berharap kegiatan ini dapat menjadi mendorong berbagai aksi lainnya sehingga wacana PPS Aceh hijau dapat terkabulkan," ujarnya.
Sementara itu Ketua DPW KNTI Aceh dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa tanaman Mangrove berfungsi sebagai habitat perikanan. Sehingga lokasi penanaman mangrove dapat menjadi tempat untuk membudidayakan ikan, udang, dan produk laut lainnya.
"Namun banjir dan erosi pantai berpotensi merusak mangrove, tambak ikan, udang, serta ladang garam sehingga menurunkan produktivitas masyarakat pesisir," ujar Azwar Anas didampingi Ketua KNTI Aceh Besar, Mulyadi Mochtar.
Lebih lanjut Azwar Anas mengatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa pada periode 2021-2030, menjadi kesempatan terakhir untuk mencegah bencana akibat perubahan iklim dan menjaga keanekaragaman hayati.
"Oleh karena itu konservasi ekosistem pesisir dan laut mutlak dilaksanakan demi menjamin ketersediaan sumber daya untuk generasi mendatang, termasuk menjaga kesatuan Negara," ujarnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP Aceh, Insyafrizal mengatakan tanaman Mangrove dipilih untuk ditanam karena merupakan penyaring ekosistem.
Menurutnya, 30 persen produk laut ditentukan oleh magrove dan program DKP Aceh 10 persen wajib zona hijau dimulai dari Kutaraja Banda Aceh hingga seluruh kabupaten dan kota lainnya di Aceh.
"Ini merupakan langkah positif dari KNTI Aceh dan seluruh elemen yang terlibat menanam Mangrove secara Swadaya," ujar Insyafrizal.
Bibit yang ditanam disumbangkan oleh masyarakat. Dengan demikian Mangrove menjadi milik bersama dan dijaga secara bersama-sama.
"Kegiatan ini diharapkan dapat diikuti oleh elemen lainnya, sebab Mangrove sangat dibutuhkan oleh pesisir," ujarnya.
Insyafrizal mengatakan jika Mangrove hilang, maka ekosistem ikan juga akan ikut hilang. Hal tersebut akan berefek pada kesejahteraan masyarakat.
"Semoga dapat diikuti oleh elemen lainnya sebab apabila Mangrove, hilang maka ekosistem ikan juga akan ikut hilang karena Mangrove merupakan kebutuhan bagi pesisir," ujarnya.
Selain diikuti oleh pengurus KNTI Aceh dan KNTI Aceh, serta DKP Aceh Acara yang bertajuk "Nelayan Mendinginkan Planet" ini diikuti oleh berbagai organisasi dan mahasiswa seperti Universitas Muhammadiyah, Persatuan Ahli Gizi Aceh dan sejumlah masyarakat lainnya.
- Hari Ini, Harga Ikan Tongkol di Banda Aceh Anjlok hingga Rp 5 Ribu Per Kg
- Hasil Tangkapan Sedikit, Harga Ikan di Banda Aceh Merangkak Naik
- Sempat Turun Drastis, Kini Harga Ikan Tongkol di Banda Aceh Kembali Naik