Perlu Sejumlah Strategi Khusus untuk Tumbuhkan Minat Imunisasi Polio 

Fakultas Kedokteran USK. Foto: net.
Fakultas Kedokteran USK. Foto: net.

Survei dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh menyebutkan bahwa faktor rendahnya imunisasi polio disebabkan oleh ketakutan orang tua terhadap efek samping takut demam atau takut sakit lainnya setelah imunisasi. 


Terkait kekhawatiran tersebut, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Said Usman menyarankan sejumlah cara atau strategi untuk mengantisipasi penolakan program imunisasi dari masyarakat.

Menurut Said, selain penguatan lintas sektoral, Dinkes Aceh bisa mengunakan sejumlah strategi diantaranya, menggunakan strategi berlandasan hukum syar’i atau penguatan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU). Dalam strategi ini bisa dilakukan sosialisasi program, seperti diskusi, kajian, dialog dan silaturrahmi dengan tokoh panutan atau tokoh agama.

"Meningkatkan peran penyuluh agama dalam mengkomunikasikan upaya imunisasi Polio ini sangat penting, mengingat penyuluh agama merupakan salah satu unsur yang didengar oleh masyarakat," ujar Said kepada Kantor Berita RMOLAceh, Sabtu 29 April 2023. 

Menurut Said, penyuluh agama dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan (Nakes) untuk memperkuat komunikasi dalam mengajak masyarakat membawa anak-anak mereka untuk mendapatkan imunisasi. Untuk itu dibutuhkan partisipasi dari seluruh petugas kesehatan di Puskesmas, Posyandu, Polindes agar dapat melaksanakan program vaksinasi ini dengan sepenuh hati, agar seluruh sasaran mendapatkan imunisasi.

"Apabila sasaran tidak mendatangi pos-pos pelayanan imunisasi, maka petugas harus melakukan sweeping ke rumah-rumah dalam artian petugas harus lebih gencar melakukan sweeping door to door," ujar Said.

Upaya jemput bola, dengan mendatangi rumah penduduk dilakukan untuk mengantisipasi orang tua yang memiliki balita, namun tidak mau mengimunisasi anaknya. Atau penyebab lain karena orang tua yang bersangkutan tidak tahu atau lupa tentang jadwal PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Polio. 

"Memperkuatkan peran lintas sektoral  dengan pelibatan tokoh masyarakat, seperti camat, kepolisian, TNI, dan kepala desa. Pendekatan bisa juga dilakukan pada guru di sejumlah sekolah," ujarnya.

Cara Tepat Mencegah Polio

Said mengatakan penanganan Polio yang paling utama berasal dari pihak keluarga, dimulai dari sejak bayi baru lahir dengan cara menjaga kebersihan.

"Mulai dari diri ibu atau pun yang mengurus bayi, biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan, mengurus anak, memasak, dan menyuapi anak," ujar pria yang juga menjabat Koordinator Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran (FK) USK ini.

Selain itu, kata Said, mencuci tangan juga harus selalu dilakukan setelah bepergian, buang air, memegang uang, membersihkan rumah, dan membuang sampah. Hal ini berguna untuk mendukung agar virus tidak terjangkit pada anak.

Selain itu, dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan saat anak memasuki fase oral, yaitu fase dimana anak senang memasukkan tangan dan berbagai barang ke dalam mulutnya.

"Cucilah tangannya setelah anak memegang sesuatu, sebelum makan, setelah bepergian, dan sehabis bermain," ujarnya. 

Tidak hanya itu, menurut Said, berperilaku hidup bersih dengan tidak buang air besar sembarangan juga salah satu cara agar tidak terjangkitnya virus polio.

"Tapi yang terpenting dan paling utama untuk pencegahan Polio adalah dengan imunisasi, karena imunisasi adalah satu - satunya cara paling ampuh untuk mencegah polio," ujarnya menegaskan.