Pertamina: Sarung dan CAPEX

Ilustrasi. Foto: net.
Ilustrasi. Foto: net.

"Pertamina bahkan bisa membelikan 1 juta sarung jika dapat SMS dari anggota DPR"

PUBLIK dihebohkan oleh pernyataan anggota DPR kepada Dirut Pertamina kalau sekarang minta sarung satupun tidak bisa dapat. Padahal dulu lewat pesan sms aja langsung dikirim. Katanya semua urusan sedekah beginian, termasuk urusan sarung pun sudah diambil alih pak Menteri BUMN, Erick Thohir. Gawat juga nasib anggota DPR menjelang lebaran ini, sulit dapat sarung buat Dapil. 

Ada juga kemungkinan lain mengapa Pertamina tidak bisa bagi - bagi sarung. Mungkin karena Pertamina sedang banyak pengeluaran karena perusahaan banyak dirundung musibah, disambar petir, kebakaran hingga kecelakaan lainnya. 

Pertamina dalam tahun belakangan memang kerap dirundung musibah. kilang cilacap saja dua kali kebakaran, kilang balongan, kilang balikapan, kilang dumai, dan baru - baru ini kebakaran depo plumpang. Tidak itu saja, kecelakaan kapal pengangkut BBM, insiden kecelakaan kerja di Blok Rokan, dan lain sebagainya.

Bisa jadi  karena kecelakaan beruntun tersebut, dompet pertamina menjadi tipis, sehingga sulit bagi pertamina bagi - bagi sarung seperti bulan puasa atau lebaran sebelumnya. Tampaknya banyak uang kesedot untuk mengamankan musibah dan kecelakaan yang terjadi. 

Tapi anggota DPR tidak perlu kuatir. Rentetan musibah tersebut telah dijawab dengan perencanaan yang cukup bagus oleh dirut Pertamina. Salah satunya dengan mempersiapkan pengeluaran yang cukup besar untuk melakukan perbaikan menyeluruh terhadap infrastruktur Pertamina.

Fitch Ratings Singapura membuka semua rencana pengeluaran atau belanja modal Pertamina atau capital expenditure (CAPEX) perusahaan terbesar di Indonesia di tahun ini serta tahun - tahun mendatang. CAPEX sekaligus merupakan gambaran bahwa Pertamina masih menjadi perusahaan paling menarik bagi lembaga pembiayaan nasional dan internasional.

Digambarkan bahwa  Capex besar Pertamina diperkirakan sekitar USD9 miliar pada tahun 2023 (perkiraan tahun 2022: sekitar USD9 miliar) dan selanjutnya berkisar antara USD10 miliar - USD15 miliar. Hal ini merupakan ekspektasi jangka menengah manajemen Pertamina. Dengan demikian maka akam tersedia belanja modal sedikutnya USD45,2 miliar atau sekitar Rp650 - Rp700 triliun dalam tahun 2023-2026.

Belanja modal tersebut,masing masing  USD9 billion di 2023, USD10.8 billion di 2024, USD11.8 billion di 2025 dan USD12.2 billion di 2026. Yang mana akan terbagi rata antara mempertahankan produksi dari lapangan minyak dan gas Pertamina yang sudah tua dan meningkatkan kapasitas dan kompleksitas kilang selama dua tahun ke depan. Beberapa blok produksi besar, termasuk yang baru diakuisisi, membutuhkan investasi besar untuk mempertahankan produksi dan merupakan pendorong utama ekspektasi belanja modal hulu yang tinggi. 

Kemampuan Capex ini prestasi penting yang harus dicatat dari direktur Pertamina. Walaupun terjadi kasus kecelakaan yang relatif cukup banyak, namun telah menunjukkan kesanggupannya mencari uang. Capex pertamina ini merupakan yang terbesar di BUMN maupun swasta di Indonesia. Ini akan menjadi modal untuk mengupgrade instalasi, penguatan standar safety perusahaan dan lain sebagainya. 

Hal ini dapat dikatakan pestasi, karena dalam era transisi energi ini tidak mudah bagi perusahaan minyak untuk mendapatkan dana, baik utang maupun investasi, dalam memperbesar belanja modalnya. Perusahaan migas dunia lainnya juga sedang berada pada situasi anggaran yang ketat, serta harus  mempersiapkan diri bagi transisi energi. Jadi tidak muda mencari uang bagi kelanjutan infrastruktur fosil. Oleh karena itu kemampuan mobilisasi dana sebesar capex tersebut patut diacungi jempol. 

Jadi dengan kekuatan Capex senilai Rp650 - Rp700 triliun, maka masalah polemik sedekah sarung dengan anggota DPR tentu merupakan masalah sepele. Tak usah lagi dipersoalkan bahwa dana CSR dan lain- lainnya yang berada dibawah kekuasaan Erick tohir menteri BUMN. Biarkan saja. Nanti jika Capex terealisasi, maka pertamina akan sangat banyak uang lagi. Semua pihak tentu bisa kecipratan. Namun harap bersabar.

|Penulis adalah peneliti pada Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI).