PKS di Nagan Raya Beli Sawit Sangat Rendah Dibanding Wilayah Lain

Petani sedang melansir sawit dari perkebunan. Foto: Irfan Habibi/RMOLAceh
Petani sedang melansir sawit dari perkebunan. Foto: Irfan Habibi/RMOLAceh

Harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Nagan Raya, Aceh, sangat rendah dibandingkan wilayah timur-utara Aceh. Padahal harga calm palm oil (CPO) sawit saat ini melambung.


“kalau dibandingkan dengan Aceh Timur dan Subulussalam, masih rendah sekali Nagan Raya,” kata petani sawit di Nagan Raya, Mukhtar, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Rabu, 3 November 2021.

Kemarin, kata dia, harga TBS di sejumlah PKS tidak menyentuh harga yang ditetapkan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh. Seperti, PT FBB membeli TBS Rp 2.580 per kilogram, Ensem membeli Rp 2.500  per kilogram, SNRM membeli Rp 2.540 per kilogram, BSP membeli Rp  2550 per kilogram, UND membeli Rp 2.500 per kilogram, KIM membeli Rp 2.420 per kilogram, Raja Marga membeli Rp  2.500 per kilogram, dan SPS II membeli 2.540 per kilogram.

Menurut Mukhtar, Pemerintah Nagan Raya belum tegas mengatasi pabrik kelapa sawit nakal alias memainkan harga. “Ada isu menyebar bahwa, pihak penguasa sendiri yang memiliki pabrik kelapa sawit masih membeli TBS harga rendah dari PKS lain,” kata Mukhtar.

Mukhtar menyebutkan harga TBS sawit di Nagan Raya bulan lalu juga tidak sesuai dengan harga pasar, apalagi yang ditetapkan oleh pemerintah. “Kisaran Kamis 10 Oktober 2021, harganya Rp 2200-2300,” kata dia.

Sebelumya, Harga sawit di Aceh Timur pecah rekor dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Pabrik kepala sawit (PKS) membeli tandan buah segar (TBS) mencapai Rp 3.000. 

"Beberapa hari lalu berkisar (Rp) 2.800. Namun hari ini sampai Rp 3.000," kata Ketua Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Timur, Ibrahim Mar, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Ahad lalu.  

Kenaikan harga TBS itu, kata Ibrahim, akibat musim panen berkurang atau trek. Imbasnya, sebanyak enam PKS di Aceh Timur kurang buah untuk olahan. 

Menurut Ibrahim, dari pada PKS tidak beroperasi sama sekali, hanya akan menanggung rugi. Karena itu, kata dia, PKS tetap beroperasi walaupun tidak memenuhi 40 ton per jam.

"Padahal sudah dinaikin sampai Rp 3000, juga tidak mencukupi kapasitas pabrik," kata dia.

Ibrahim menjelaskan di Aceh Timur ada PKS yang tidak memiliki kebun. Hanya mengandalkan hasil panen TBS dari kebun masyarakat atau koperasi. Peristiwa merupakan pertimbangan PKS dalam menaikkan harga.

Ibrahim mengaku sudah membangun komunikasi dengan petani sawit lainnya. Biasanya, petani memanen TBS sebanyak 3 ton selama 15 hari. Sedangkan saat ini, hanya 1 ton. Sehingga 50 persen turun. 

"Dan harga Rp 3000 hari ini standar buah segar yang betul-betul kualitas utama. Sementara TBS dari masyarakat di bawah harga Rp 3000," ujar Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan penyebab harga sawit dari masyarakat dibeli dengan harga lebih murah karena banyak yang mengkal. "Begitu kata orang sortir di pabrik," kata dia.

Di samping itu, Ibrahmi mengharapkan Qanun tentang transaksi jual beli segera disahkan. Dengan adanya aturan itu, katanya, akan dapat melindungi petani sawit dari permainan harga.