SYAHDAN, pada suatu ketika, Kapal PLTD Apung menjadi menjadi tontonan masyarakat Banda Aceh di Pantai Ulee Lheue. Kapal dengan mesin generator pembangkit listrik itu pernah “ditugaskan” di beberapa daerah di Indonesia.
- Segarnya Berendam di Kolam Pemandian Geureudong Aceh Jaya
- Mulai Dipadati Pengunjung, Pantai dan Objek Wisata di Aceh Perlu Tim Pengaman
- Disbudpar Aceh Apresiasi Daerah Peraih API Award 2020
Baca Juga
Tongkang itu pertama kali digunakan di Pontianak pada 1997. Lantas PLTD Apung itu berpindah ke Bali, dua tahun kemudian, dan pada tahun berikutnya ditarik ke Madura, Jawa Timur. Setelah kembali lagi ke Pontianak pada 2001, kapal itu berlabuh di tahun 1999, ke Madura pada tahun 2000. Kembali lagi ke Pontianak pada 2001 dan akhirnya berlabuh di Banda Aceh pada Juli 2003.
Keberadaan kapal milik PLN ini di Banda Aceh adalah sebagai antisipasi gangguan listrik akibat konflik bersenjata antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia. Dalam perang, listrik adalah salah satu infrastruktur yang kerap menjadi bulan-bulanan.
Kapal PLTD Apung adalah tongkang pembangkit listrik tenaga diesel. Kapal ini dibuat di Batam dan selesai pada 15 Oktober 1996. Kapal ini memiliki berat kotor seberat 2.600 ton. Mesin di perut kapal ini mampu memasok listrik sebesar 10,5 mW. Saat itu cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Banda Aceh dan pinggiran Aceh Besar.
Dari Ulee Lheue, kapal ini berpindah ke Punge Blangcut. Masih di dalam kota. Saat itu, usai gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter, tsunami datang dan membawa kapal yang berada di dermaga Ulee Lheue itu berpindah sejauh lima kilometer. Bagian bawah kapal yang rata menyapu bersih rumah dan bangunan apapun yang dilintasi sepanjang “perjalanan” dari Ulee Lheue ke Punge Blangcut.
Pasca tsunami, PLN berniat untuk mengembalikan kapal ini ke laut, dikarenakan kondisi mesin tidak mengalami kerusakan parah. Tetapi pemerintah justru berkeinginan untuk menjadikannya wisata sejarah. Akhirnya PLN hanya mencabut mesin-mesin dan memindahkan ke Lueng Bata. Kapal ini pun akhirnya dijadikan tempat wisata.
Kini, kapal PLTD Apung telah menjadi salah satu objek wisata sejarah serta menjadi media edukasi yang patut dikunjungi. Ketika wisatawan memasuki destinasi wisata kapal PLTD Apung tersebut, wisataan tidak dipungut biaya apapun termasuk tiket. Hanya saja terdapat sebuah kotak sumbangan seikhlasnya untuk pembangunan masjid Gampong setempat, atau yang berhadapan langsung dengan lokasi wisata, dan untuk pemeliharaan dari monument tersebut.
Suasana di sekitar PLTD Apung itu kita berubah. Tidak ada lagi kesan seram seperti pada masa awal proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pascabencana ganda itu. Di lokasi itu, wisatawan langsung bertemu pertama kalinya dengan tugu bertuliskan monument tsunami dengan sentuhan miniatur ukiran kapal di atas tugu, serta gambaran ukiran jam yang menunjukkan jarum jam tepat saat gempa dan tsunami terjadi kala itu, Ahad 26 Desember 2004 silam.
Terdapat nama-nama korban tsunami di wilayah Gampong Punge Blang Cut. Di belakang tembok berisi nama-nama itu. Ketika menaiki dan memasuki bagian dalam kapal, maka terdapat berbagai informasi edukasi yang terpajang. Mulai dari sejarahnya kapal PLTD Apung, fungsi, hingga informasi bencana tsunami di Aceh.
Selanjutnya, wisatawan ikut disuguhkan dengan pemandangan nan indah langsung dari geladak, bagian paling atas kapal. Terdapat beberapa teropong untuk menambah keindahan yang bisa diabadikan. Wisatawan juga bisa mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama sang teman ataupun sanak keluarga di berbagai spot-spot menarik.
Salah seorang pengunjung asal Medan, Sumatera Utara, Rizky, mengatakan dirinya dibuat takjub oleh kapal PLTD Apung di tengah-tengah Banda Aceh ini. “Ini pemandangan yang luar biasa,” kata Rizky kepada Kantor RMOLAceh, Rabu pekan lalu.
Menurut Rizky, kapal PLTD Apung ini menyimpan sejarah besar saat-saat gempa dan tsunami menerjang Aceh 26 Desember 2006 silam, kata dia, hingga kapal tersebut bisa sampai di Gampong Punge Blang Cut. Dari sejumlah informasi yang tertera di sekitar situs ini, Rizky mendapatkan penjelasan tentang peristiwa dahsyat gempa bumi dan tsunami itu.
Dia berharap situs ini dijaga dengan baik untuk menjadi pembelajaran bagi generasi yang akan datang. Termasuk reruntuhan rumah di sekitar kapal PLTD Apung itu. Ada banyak peristiwa ilmu pengetahuan dan rohani yang didapat Rizky saat dia berkunjung ke situs ini.
- BPPA Fasilitas Kepulangan Keluarga Kurang Mampu asal Banda Aceh di Jakarta
- Mahasiswa Diminta Tidak Lakukan Aksi Demonstrasi Tolak Revisi Qanun LKS
- 393 JCH Kloter Satu Sudah Tiba di Asrama Haji Embarkasi Aceh