PM Singapura Desak AS dan RRC Perbaiki Hubungan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Foto: CNBC.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Foto: CNBC.

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong mendesak Amerika Serikat (AS) dan Cina untuk membangun hubungan yang konstruktif, alih-alih berselisih.


Hal itu disampaikan oleh Lee dalam pidatonya di Davos Agenda sebagai bagian dari Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang digelar secara virtual, Jumat, 29 Januari 2021.

"Saya pikir jika Anda melihat Cina sebagai ancaman, itu akan menjadi masalah yang sangat besar karena Anda menciptakan ancaman dan perjuangan akan berlanjut," ujar Lee, seperti dikutip Sputnik.

"China tidak akan runtuh seperti yang dilakukan Uni Soviet. Cina harus dipandang sebagai sesuatu di mana Anda harus mengembangkan hubungan yang konstruktif," lanjutnya.

Lee mengatakan, kerja sama antara Cina dan AS sangat dibutuhkan untuk beberapa bidang.

"Untuk membujuk pihak lain adalah salah satu tantangan, tetapi untuk membujuk semua orang (di Amerika Serikat), penduduk, Kongres, intelijen, dibutuhkan kepemimpinan tingkat tinggi," kata Lee.

Menurut Lee, AS menganggap Cina sebagai lawan karena setelah Uni Soviet runtuh, negeri Paman Sam menjadi kekukatan tunggal di dunia. Sehingga sulit bagi Washington untuk menyesuaikan kebijakannya terhadap negara Asia.

Pada saat yang sama, Lee juga mengatakan bahwa Cina harus mengkalibrasi ulang kebijakannya agar pengaruhnya di dunia diterima oleh negara lain dan dilihat sebagai negara sah yang menguntungkan negara lain.

Hubungan antara AS dan China berada pada titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Pada awalnya, kedua negara bersitegang dalam kebijakan dagang yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump.

Setelah itu, AS dan Cina berselisih dalam banyak hal, termasuk soal hak asasi manusia, demonstrasi Hong Kong, demokrasi Taiwan, hingga pandemi Covid-19 dan Laut Cina Selatan.