Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan-Indonesia, Yudi Latif, mengkritik sikap politikus yang kerap mengulangi kesalahan sama. Dia menyebut mereka sebagai keledai politik.
- UU Ciptaker Disahkan, Serikat Pekerja: Presiden dan DPR Telah Melanggar Konstitusi
- Koalisi Jokowi-Makruf Hanya Butuh Tiga Kursi DPD untuk Amandemen Konstitusi RI
- Pandemi Covid-19: Antara Konstitusi Dan Manajemen Krisis Jokowi
Baca Juga
“Rakyat memang bisa dikibuli beberapa kali, tapi tak bisa dibohongi selamanya,” kata Yudi Latif, Senin, 28 Februari 2022.
Yudi Latif mengatakan bila akal-akalan rekayasa politik itu menyangkut pelecehan konstitusi, pasti akan banyak nurani yang tak akan bersekutu dengan kejahatan tersebut.
Dia mengingatkan para keledai politik tidak terkecoh dengan tingginya tingkat popularitas mereka dan mayoritas masyarakat yan diam.
Sejarah politik Indonesia, kata Yudi Latif, bertubi-tubi menunjukkan bahwa lokomotif perubahan di negeri ini selalu bermula dari minoritas kritis.
Bila suara minoritas kritis ini bersambung dengan nurani publik, seberapa tinggi pun gelombang protes massa dibendung, benteng pertahanan akan jebol juga.
“Mestinya, setiap elit politik harus bisa belajar dari sejarah. Namun, bagi para keledai politik, satu-satunya pelajaran yang diambil dari sejarah adalah pelajaran melupakan sejarah,” kata Yudi Latif.
- Respon Partai Demokrat atas Pernyataan Jokowi Bahwa Demokrat Sering ke Istana
- Pembentukan Satgas Pencucian Uang adalah Tindakan Memperpanjang Lawakan
- Mengapa Harus Perubahan?