Prof Sugianto, Perjuangan Panjang Menggapai Puncak

Prof Sugianto. Foto: Dokumentasi pribadi.
Prof Sugianto. Foto: Dokumentasi pribadi.

PERJUANGAN panjang dan tidak menyerah, menekuni ilmu yang tidak banyak digeluti orang membuat sosok baik hati dan sederhana ini sampai ke tujuannya dengan baik. Besok ia akan dikukuhkan sebagai Profesor di Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.


Profesor Sugianto akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala dalam bidang Ilmu Tanah dengan konsentarsi Kajian Pemanfaatan Teknologi Geospasial. Dia akan dikukuhkan sebagai profesor bersama empat Guru Besar USK lainnya, oleh Rektor USK Profesor Marwan, yang akan dipimpin oleh Ketua Senat Akademik USK, Profesor Abu Bakar Karim, di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh.

Ada sekelumit kisah inspiratif di balik perjuangan Sugianto meraih gelar guru besar. Tak mudah untuk mencapai tujuannya saat ini. Untuk itu, mari sejenak mengenal sosok pekerja keras ini. Prof. Sugianto lahir di Tambunan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dari Bapak dan Ibu yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Timur. Ia memiliki tujuh saudara kandung. Pada masa kecilnya, karena dorongan untuk mengembangkan ekonomi keluarganya, orangtuanya memutuskan untuk pindah ke Alue Ie Mirah, Julok, Aceh Timur, setelah membeli beberapa petak lahan perkebunan berdampingan dengan lahan perkebunan milik negara di daerah tersebut.

Terinspirasi oleh usaha keluarganya yang berada di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), Sugianto kecil bercita-cita menjadi seorang Kepala Administrasi Kebun. Hal ini mendorongnya untuk semakin gigih dalam mengejar cita-citanya melaui pendidikan, meskipun situasi ekonomi daerah itu cukup sulit pada masa itu. Bahkan, banyak teman sebayanya yang terpaksa putus sekolah untuk membantu ekonomi keluarganya.

Setelah menyelesaikan SMP di Julok Rayeuk, Sugianto mengikuti kakaknya, Supiani, yang menetap di Kota Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, dengan melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri I Perdagangan (sekarang menjadi SMA 1 Bandar). Menamatkan SMA dengan prestasi cemerlang, saat beranjak ke bangku kuliah, Sugianto lulus tanpa tes melaui jalur penerimaan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) ke Fakultas Pertanian USK. Meski demikian perjalanan tidaklah mudah.  

Sugianto mesti menjalani kuliah tanpa pembiayaan penuh dari keluarganya karena kondisi ekonomi saat itu sedang sulit. Tak mau menyerah, dia pun berkerja paruh waktu sambil kuliah. Bahkan dia selalu menghabiskan masa liburan kuliahnya untuk bekerja di perkebunan keluarganya. Ia bekerja di perkebunan milik abangnya, Samin, agar dapat mengumpulkan uang untuk menutupi biaya hidupnya di Banda Aceh.

Sugianto dalam menempuh pendidikan juga mendapat bantuan dari teman-teman dekatnya, seperti sahabat karibnya Almarhum Ahkyar Nurdin. Saat itu almarhum Akhyar mengajak Sugianto untuk tinggal di rumahnya. Meski tinggal di rumah teman, Sugianto tidak mau diam. Ia juga turut membantu usaha orang tuanya. Berkat bantuan dari banyak pihak, Sugianto dapat terus melanjutkan studinya di USK sampai selesai. 

Akhir Situasi Sulit

Situasi sulit yang dihadapi Sugianto sedikit demi sedikit berangsur mereda di akhir-akhir masa perkuliahannya. Pada dua semester terakhir, dia mendapat beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dengan perjanjian setelah tamat akan menjadi dosen di USK. Sekalipun hal ini bertolak-belakang dengan cita-cita masa kecilnya untuk menjadi manajer perkebunan, tetapi kecintaannya pada dunia akademik mulai tumbuh. Ia semakin yakin dan memantapkan dirinya menjadi seorang akademisi. 

Di beberapa semester terakhir, Sugianto juga mendapat pekerjaan paruh waktu di kampus USK, seperti menjadi Asisten Laboratorium Biokimia di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam USK pada periode 1986-1990. Selain itu, ia juga turut serta dalam beberapa proyek dosen dan penelitian dosen seperti proyek pembinaan transmigrasi di Patek, Aceh Jaya. Memori itu terekam baik di ingatannya, saat itu Profesor Abdi A Wahab lah yang merekomendasikannya.

Sugianto akhirnya mendapat gelar sarjana pada Fakultas Pertanian USK tahun 1991. Setelah itu, ia berjuang untuk diterima sebagai dosen di almamaternya. Setalah melalui proses panjang dan tidak mudah, akhirnya ia pun diterima sebagai dosen. Ia baru saja memulai perjalanan karier akademisinya. Karena setelah itu ia ingin meraih pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Sebagai persiapan, ia mengikuti program intensif Bahasa Inggris di Lembaga Bahasa USK.

Profesor Sugianto akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) tahun 1994 untuk mengikuti bridging course di University of Western Australia (UWA) dan Post Graduate Diploma. Ia berikutnya mendapatkan pendidikan Master of Science di Curtin University, Western Australia, tahun 1995-1997. Ia kemudian mengabdi kembali sebagai dosen USK. Pada tahun 2001, Sugianto berhasil memperoleh beasiswa AUSAID (sekarang dikenal dengan Australian Awards) untuk melanjutkan program Doktor di University of New South Wales dan lulus pada tahun 2005.

Sugianto menikahi Zuraida, SE, MBA, Ph.D, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, USK yang dikenalnya semasa mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Nisam, Aceh Utara. Sebagai istri yang juga seorang akademisi, Zuraida banyak memberi inspirasi, dorongan, dukungan dan pengorbanan dalam perjalanan karir Profesor Sugianto dan begitu juga sebaliknya.

Membangun Keluarga

Perkawinan mereka dikarunia dua orang putra/putri berprestasi yaitu Veneza Aulia Sugianto, lulusan Cum Laude dari Fakultas Teknik USK dan Post-Graduate Diploma dari University of Sydney, Australia dan Septian Razi Sugianto, lulusan first degree honors dari Australian National University, Canberra, Australia dan sekarang sebagai mahasiswa master program di University of Eastern Finland.

Profesor Sugianto dalam karirnya pernah dipercayakan sebagai Sekretaris Pascasarjana USK 2007-2010; Asisten Direktur Bidang Kerjasama 2010-2014, Wakil Direktur Bidang Akademik Juli-Desember 2014 dan Wakil Direktur Bidang Kerjasama dan Pengembangan 2014-2017. Berkat usaha yang dirintis bersama tim selama menjabat di beberapa periode tersebut di Pascasarjana USK, Profesor Sugianto telah ikut berkontribusi dalam menginisiasi, merintis, dan melaksanakan sejumlah proyek kerjasama baik pada level regional, nasional maupun international di USK.

Profesor Sugianto juga dipercayakan menjadi sekretaris pertama (dan terakhir) Dewan Pengawas Badan Layanan Umum USK, 2019-2023. Dan saat ini, selain melaksanakan tugas-tugas akademik seperti mengajar, membimbing dan meneliti, Profesor Sugianto juga menjabat Ketua Jurusan IImu Tanah, Fakultas Pertanian USK. Dalam 10 tahun terakhir, Profesor Sugianto juga mengemban tugas tambahan akademik lain sebagai Chief Editor Aceh International Journal of Science and Technology (AJST). AJST adalah jurnal bereputasi nasional yang telah terakreditasi Sinta 2 (https://jurnal.usk.ac.id/AIJST).

Selain perannya di USK, Profesor Sugianto pernah menjadi konsultan nasional untuk Food and Agriculture Organization (FAO) pada periode 2006-2008 dalam upaya rekonstruksi di Aceh pasca tsunami 2004. Selanjutnya,  Sugianto aktif dalam memberi kontribsi tekhnis kepada Pemda Aceh seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Aceh, Bappeda Gayo Lues, Aceh Tengah, Nagan Raya dan Aceh Jaya yang antara lain terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah, masterplan pengembangan kawasan, serta aktifitas lainnya. 

Di luar kegiatan akademik dan profesional tersebut, Prof Sugianto terus berusaha menjaga silaturrahmi dengan teman-teman seangkatan baik di bangku kuliah maupun SMA serta terlibat aktif dalam kepanitiaan dan kepengurusan organisasi alumni. Sebagai lulusan dari tiga universitas terkemuka di Australia, Profesor Sugianto juga tergabung dalam perkumpulan alumni Australia atau Aceh Australian Alumni.

Profesor Sugianto senang menghabiskan waktu senggangnya di kebun belakang rumahnya, berolah raga dan bermain bersama kucing-kucing kesayangannya atau sekedar bernyanyi di aplikasi lagu sambil bersantai di rumah.

Profesor Sugianto adalah sosok yang tenang, cenderung bekerja sesuai ritme pribadinya tanpa berusaha memaksakan diri, sejalan dengan moto hidupnya “Contribute within your limits” atau “Berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu.

Selain kualifikasi dan kualitas pribadinya, Profesor Sugianto menyatakan bahwa, doa, dukungan, dan bantuan dari keluarga besarnya, teman-teman sejawat, para senior bahkan dari kolaborasi dengan mahasiswa dan alumni yang pernah dibimbingnya, merupakan bagian integral dalam perjalanan karirnya yang memungkinkannya mencapai professorship seperti saat ini.

Dari perjalanan sukses Prof Sugianto, terselip sebuah pesan buat generasi sekarang, yaitu pentingnya berkontribusi seberapapun kecilnya, karena kontribusi tersebut bisa memiliki dampak besar dalam mengubah kehidupan seseorang.