Raja Charles III, Sang Raja Pengganti Ratu Elizabeth

Ratu Elizabeth ketika naik tahta pada tahun 1952. Foto: net.
Ratu Elizabeth ketika naik tahta pada tahun 1952. Foto: net.

Setelah Ratu Elizabeth II meninggal dunia, para ahli menyoroti masa depan monarki dan bagaimana publik bereaksi terhadap pemerintahan sang pewaris tahta.


Pada saat ratu meninggal dunia, takhta langsung diserahkan kepada pewarisnya, Charles, bekas Pangeran Wales. Tetapi, sosok raja seperti apa Charles III?

Charles menghadapi masa yang sulit, kehilangan ibunya tetapi pada saat yang sama ia harus menghadapi publik, berbicara langsung di depan banyak  orang dan di televisi, menyampaikan pernyataan duka cita dan mempersiapkan pidato pertamanya sebagai Raja.

Dia sedang berduka dan rentan, tetapi pada saat yang sama dia harus muncul untuk pertama kalinya sebagai raja baru.

Sebagai seorang pangeran, Charles terbiasa berbicara tentang banyak masalah,  tetapi sebagai seorang Raja, kelak dia tidak akan lagi memiliki paspor atau SIMnya sendiri, bahkan tidak bisa melemparkan pendapatnya sendiri di depan publik. Menjadi seorang raja berarti hidupnya sebagai individu telah bergeser.

Charles saat ini berusia 73 tahun dan akan menjadi raja tertua yang baru naik tahta. Namun, sebagai pria 70-an tahun ia terlihat sehat dan segar. Dia menjadi sosok yang santai dan mudah didekati ketika dia bertemu publik, membuat audiensnya bersemangat dengan beberapa lelucon yang mencela diri sendiri. Sebagai Pangeran Wales, ia mengembangkan gaya kakek yang ramah, tanpa angkuh.

Ahli konstitusi terkemuka Profesor Vernon Bogdanor mencermati gaya Charles.

"Dia tahu sejak awal bahwa gayanya harus diubah. Publik tidak akan menginginkan raja yang berkampanye," katanya, seperti seperti diberitakan sumber Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu, 10 Agustus 2022.

Negara yang akan diperintah Raja Charles jauh lebih beragam daripada yang diwarisi oleh ibunya.  Bogdanor mengantisipasi bahwa Raja baru akan menjangkau Inggris yang multikultural dan multi-agama.

Ia berharap Charles bertindak sebagai kekuatan pemersatu, membuat upaya yang lebih terlihat untuk terhubung dengan etnis minoritas dan kelompok yang kurang beruntung.

Saat ini, sekitar dua miliar penduduk tinggal di negara-negara Persemakmuran yang digambarkan Ratu Elizabeth II dalam perayaan tahunan Hari Persemakmuran pada Maret 2012 silam sebagai negara-negara yang "makmur dalam keragaman."

Negara Persemakmuran yang didirikan tahun 1949, terdiri dari 54 negara anggota, termasuk 52 bekas koloni Kerajaan Inggris.

Mengenai monarki, Charles pernah mengatakan bahwa dia cenderung memilih monarki yang "disederhanakan". Ini mungkin berarti penekanan yang lebih besar pada kelompok inti yang lebih kecil dari bangsawan yang bekerja.

Bicara tentang monarki, menurut jajak pendapat baru-baru ini, lebih dari 62 persen orang Inggris mendukung pelestarian monarki. Namun, peneliti di Fakultas Ekonomi Dunia dan Urusan Internasional/Pusat Studi Eropa dan Internasional, Sergey Shein, mengatakan  dukungan untuk monarki telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dan tren ini terutama terlihat di kalangan anak muda.

Dalam jangka pendek, konsolidasi di antara masyarakat diharapkan jika terjadi perubahan dalam monarki, karena ini akan menjadi kejutan besar yang akan berkontribusi pada persatuan nasional, kata Shein.

"Saat ini dan mungkin dalam jangka panjang, banyak yang bergantung pada bagaimana masyarakat memandang penerus mendiang Ratu, Raja Charles III," kata Shein, menambahkan bahwa bukan tidak mungkin bagi Inggris untuk menghadapi diskusi mengenai masa depan monarki.

Elena Ananyeva, yang mengepalai Pusat Studi Inggris di Institut Eropa dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, mengatakan bahwa monarki akan terus hidup, karena sudah mendarah daging dalam sistem hukum Inggris.

"Perubahan raja tidak akan menghasilkan krisis suksesi atau penolakan terhadap institusi monarki secara keseluruhan, karena struktur politik negara tidak siap untuk itu, meskipun menderasnya kritik baru-baru ini," katanya.

Pangeran Charles lahir di Istana Buckingham pada malam 14 November 1948, dan sejak saat itu ia menjalani kehidupannya sebagai seorang pangeran yang terus-terusan disorot.

Charles masih sangat mungil ketika ibunya naik tahta sebagai Ratu Inggris pada 6 Februari 1952, setelah Raja Geotge VI meninggal dunia.  

Kini stelah usianya menginjak renta, Charles menjadi Raja.