Rektor USK Sarankan Relokasi Sisa Anggaran untuk Dana Pendidikan

Rektor USK Profesor Samsul Rizal (kanan) menerima kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Republik Ceko Richard Brabec.
Rektor USK Profesor Samsul Rizal (kanan) menerima kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Republik Ceko Richard Brabec.

Rektor Universitas Syiah Kuala, Profesor Samsul Rizal, mengatakan bakal mengevaluasi sistem pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Hasil evaluasi ini akan jadi masukan penting dalam proses pembelajaran di kampus itu tahun ajaran depan.


Setelah pagebluk ini merebak, Februari lalu, USK sempat menikmati pembelajaran tatap muka. Dan kegiatan itu dibatasi hanya untuk 2019 dan 2020. Sayang, kegiatan itu hanya bertahan tiga bulan. 

“Akhir April lalu, kami putuskan untuk kembali belajar secara daring,” kata Samsul, Ahad, 27 Juni 2021.

Saat itu, USK melakukan banyak pemeriksaan dengan melakukan swap antigen terhadap mahasiswa. Saat itu, kata Samsul, di beberapa fakultas, seperti fakultas kedokteran hewan, teknik, kedokteran, dan ekonomi, menunjukkan banyak hasil reaktif. 

Dengan pertimbangan untuk menghindarkan penularan yang lebih luas, Samsul dan jajarannya memutuskan untuk meniadakan kegiatan belajar tatap muka. 

Samsul mengatakan terdapat pengecualian dalam hal ini. Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis, kata Samsul, mereka tetap belajar di rumah sakit untuk membantu pasien. 

“Ini merupakan waktu yang tepat untuk mendedikasikan diri kepada masyarakat,” kata Samsul.

Hasil evaluasi beberapa waktu lalu juga belum memberikan kabar gembira. Masih banyak celah yang yang tidak memungkinkan USK melakukan kuliah tatap muka. 

Samsul menilai proses pembelajaran secara daring tidak efektif. Terlalu banyak kendala yang menghantui mahasiswa, misalnya tidak ada jaringan internet, listrik tidak stabil, bahkan banyak mahasiswa tidak memiliki telepon genggam yang mendukung proses belajar secara daring.

“Kami tidak mampu untuk membelikan kepada mahasiswa kami laptop, gadget,” kata Samsul.

Menurut Samsul, hal seperti ini seharusnya jadi perhatian Pemerintah Aceh. Mereka, kata Samsul, dapat merelokasikan dana SiLPA yang menyentuh angka Rp 3,9 triliun itu ke ranah pendidikan. Anggaran tersebut bisa digunakan untuk membelikan laptop atau ponsel pintar kepada pelajar. 

“Ya kalau pemimpin kita memikirkan tentang pendidikan, memikirkan tentang bagaimana generasi yang akan datang. kan ini dengan revolusi industri 4.0. Persaingan akan sangat ketat ke depan,” kata Samsul.

Penulis: Adi Kurniawan