Rentetan Kasus Ferdy Sambo Hingga Teddy Minahasa, SKI Usul Bangsa Diruwat

Teddy Minahasa. Foto: net.
Teddy Minahasa. Foto: net.

Penangkapan Irjen Teddy Minahasa atas dugaan menjual sebagian barang bukti sitaan kasus narkoba menambah rentetat catatan minor permasalahan hukum yang melibatkan personel Polri. Belum tuntas kasus hukum bekas Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo dan peristiwa Tragedi Kanjuruhan, telah yang menempatkan aparat keamanan dalam sorotan di ruang publik.


Seretaris Jenderal Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI), Raharja Waluya Jati mengatakan, rentetan permasalahan itu memang patut disesalkan. Tetapi, dia menghimbau kepada semua pihak untuk tidak sibuk mencari kambing hitam atau saling menyalahkan antar sesama anak bangsa.

"Ada baiknya rangkaian peristiwa kelam tersebut menjadi batu pijak bagi bangsa untuk melakukan refleksi yang dalam, sedalam-dalamnya," kata Raharja Waluya Jati kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu, 15 Oktober 2022.

Menurut Jati, rangkaian peristiwa kelam yang melibatkan nama-nama besar dari lembaga-lembaga penting itu melampaui dimensi hukum, ekonomi dan politik. Bahkan, sangat mungkin, jantung persoalannya justru terletak pada dimensi kebudayaan.

"Sudah saatnya kita sebagai bangsa melihat kembali pilihan strategi kebudayaan. Sebab, seluruh tata hidup yang kita bentuk dan kita jalankan mencerminkan kebudayaan bangsa," ujar dia.

SKI sebagai organisasi masyarakat, kata Jati, memaknai rangkaian peristiwa kelam tersebut sebagai peringatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar bangsa mawas diri.

Jati menjelaskan, mawas diri berarti memeriksa dengan seksama segala perilaku atau tindak tanduk bangsa. Ujung dari tindakan mawas diri adalah merumuskan kembali eksistensi manusia Indonesia.

"Sikap mawas diri, selalu menjaga nilai-nilai kepatutan serta keteladanan perilaku, merupakan sikap dan tindakan yang dibutuhkan bangsa ke depan," kata dia.

Dia berharap agar kejadian yang menimpa nama-nama besar pemimpin institusi itu tak terulang lagi di masa mendatang. Pelajaran yang dapat dipetik dari rangkaian peristiwa kelam tersebut juga diharapkan berguna untuk menata hidup bersama sebagai bangsa.

"Jika merujuk pada tradisi, setelah terjadinya momen-momen kelam tersebut, bangsa Indonesia mungkin perlu 'meruwat' dirinya," sebut dia.

'Ruwatan' yang diusulkan itu menjadi semacam prosesi untuk membuang memori buruk secara kolektif agar bangsa Indonesia bisa lebih fokus menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Terlebih lagi, tahun 2023 diprediksi bakal menjadi tahun yang sulit karena dunia sedang memasuki masa resesi.

"Dalam menghadapi situasi krisis yang berat, kita harus mampu menyelesaikan persoalan masa lalu. Selain itu, kita juga harus bersatu dan bahu membahu sehingga energi untuk mengatasi persoalan akan berlipat ganda," ujar dia.