Resah dengan dengan Efek Samping Tambang, IMPAKS Gelar Diskusi Publik

Kegiatan diskusi publik efek samping tambang dan lingkungan yang digelar IMPAKS di salah satu warung kopi di Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.
Kegiatan diskusi publik efek samping tambang dan lingkungan yang digelar IMPAKS di salah satu warung kopi di Banda Aceh. Foto: Helena Sari/RMOLAceh.

Resah dengan efek samping aktifitas pertambangan, baik legal maupun ilegal, membuat Ikatan Pelajar Kluet Selatan (IMPAKS) menggelar diskusi publik dengan tema "Tambang dan Tumbang, Lingkungan dan Lengkungan sisi-sisi kemanusiaan".


Diskusi yang menghadirkan sejumlah pemateri seperti aktivis lingkungan, akademisi, dan jurnalis ini berlangsung di salah satu warung kopi di Banda Aceh, Sabtu, 19 Maret 2023. 

"Diskusi ini dibuat atas keresahan mahasiswa yang selama ini melihat efek samping dari tambang baik tambang legal maupun tambang ilegal di beberapa kawasan di Aceh," Ketua umum IMPAKS, Reza Irfandy dalam sambutannya saat membuka kegiatan diskusi.

Reza mengakui bahwa Kecamatan Kluet Selatan, Aceh Selatan memang tidak ada tambang, tapi daerah tersebut punya tambang rakyat. Kalau ada pelanggaran akan merubah alur sungai yang mengakibatkan terjadinya abrasi.

"Tentunya kami perlu pencerahan dari semua ini melalui diskusi," kata Reza dalam sambutannya," ujar Reza.

Pantauan Kantor RMOLAceh, acara yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang tergabung IMPAKS dimulai pukul 15.00 WIB. Meskipun dalam kondisi gerimis, namun para mahasiswa tampak antusias saat berlangsungnya diskusi. 

Adapun pemateri dalam diskusi yang dipandu oleh dipandu oleh moderator Fahmi Muhammad menghadirkan pemateri diantaranya, Ahmad Shalihin (Direktur Eksekutif WALHI Aceh), Iping Rahmat Saputra (Peneliti HAM) dan Rino Abonita (Jurnalis Liputan6.com).

Direktur Eksekutif WALHI Aceh, Ahmad Shalihin memuji inisiatif IMPAKS yang membuat diskusi tentang tambang yang dengan pemateri yang beragam. Selama ini menurutnya belum ada diskusi yang dibuat langsung oleh organisasi mahasiswa yang ikut melibatkan issue HAM peneliti HAM di dalamnya.

"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk membuka pengetahuan mahasiswa. Apa lagi nantinya para mahasiswa ini akan pulang kekampung halaman," kata Shalihin mengawali diskusi.

Sementara itu peneliti HAM, Iping Rahmat Saputra mengatakan bahwa para mahasiswa perlu melakukan setiap aksi lanjutan. Sehingga kegiatan ini tidak hanya sekedar diskusi lalu berakhir tanpa adanya aksi nyata.

"Jangan sampai bubar dari sini, bubar rencana. Harus ada aksi yang konkrit, kita butuh the real action untuk menciptakan perubahan, kalau tidak ada itu gak usah ngomong. Motivasi tanpa aksi basa basi rakan-rakan, Cukup capek kita dengar motivasi," kata Iping dihadapan peserta diskusi.

Diskusi yang berakhir pada hingga 18.00 WIB tersebut ditutup dengan tanya jawab terkait solusi yang harus dilakukan oleh mahasiswa yang nantinya akan bermanfaat bagi warga Aceh. Diskusi kemudian ditutup pula dengan foto bersama serta penyerahan cinderamata.