Riset Membuktikan 32 Persen Remaja Aceh Mengalami Anemia

Tangkap layar Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh, Dyah Erti Idawati. Foto: RMOLAceh/Fakhrurrazi.
Tangkap layar Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh, Dyah Erti Idawati. Foto: RMOLAceh/Fakhrurrazi.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh, Dyah Erti Idawati, mengatakan berdasarkan hasil riset kesehatan daerag (Riskesdas) Aceh 2018 menujukkan 32 persen remaja mengalami anemia.


"Sebanyak 32 persen remaja putra dan putri usia 15 sampai 24 tahun mengalami anemia. Jadi masih banyak sekali pelajar kita yang masih mengalami anemia yang ini menjadi higliht kita dalam upaya-upaya kesehatan," kata Dyah Erti Idawati dalam webinar Generasi Sehat Aceh Ceria (Cegah Remaja Anemia) Cegah Stunting Mulai dari Remaja Sehat dan Bebas Anemia, Kamis, 23 Juni 2022.

Dyah mengatakan, hidup sehat serta mendapatkan pelayanan terbaik berhak di dapatkan oleh anak-anak seluruh Indonesia tak terkecuali di Aceh. Menurutnya, prilaku hidup sehat merupakan kebiasaan yang utuh dan kedisiplinan pada setiap anak harus sudah dimulai sejak dini.

Salah satu bidang penting kesehatan yang harus dikembangkan di sekolah-sekolah adalah usaha kesehatan sekolah (UKS) atau usaha kesehatan madrasah (UKM).

"Data Riskesda 2018 melaporkan bahwa 8 persen remaja 13 sampai 18 tahun menderita kurus, 25 persen mengalami stunting, dan 20 persen anak usia sekolah mengalami kelebihan berat badan atau obesitas," kata Dyah.

Sementara itu, Kepala Unicef Perwakilan Aceh, Adi Yoga Tama menyebutkan pertumbuhan yang terjadi secara cepat pada remaja membuat tentunya kebutuhan gizi mereka juga meningkat, sehingga remaja ini lebih rentan untuk mengalami kurang gizi.

"Salah satunya anemia. Hal ini terjadi akibat kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. Misalnya daging merah hati dan juga yang bersumber dari sayuran hijau," ujar Andi Yoga Tama.

Andi menyebutkan, hasil Riskesdas 2018 menunjukkan satu dari tiga remaja usia 15 sampai 18 tahun baik putra maupun putri di Indonesia mengalami anemia.

Menurut Dia, apabila tidak tertangani, remaja putri yang mengalami anemia-anemia akan tumbuh menjadi ibu yang anemia juga nanti ketika dewasa.

Dia mengatakan, anemia pada masa kehamilan ini tentunnya meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur, pendarahan saat persalinan, hingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir yang rendah.

"Selain itu anemia pada remaja putri juga dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan berdampak terhadap prestasi belajar di sekolah," ujar Andi.