Ruang Pinere RSUZA Kekurangan Tenaga Kesehatan

M Falevi Kirani (masker oranye). Foto: ist.
M Falevi Kirani (masker oranye). Foto: ist.

Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) kembali melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh, pada Sabtu, 24 April 2021. Inspeksi kali ini terkait meningkatnya kasus Covid-19 di Aceh.


Sidak tersebut, dipimpin langsung oleh Ketua Komisi V DPR Aceh, M Rizal Falevi Kirani didampingi Sekretaris Komisi V, Iskandar Usman Alfarlaky beserta sejumlah anggota Komisi yang membidangi masalah kesehatan.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan Komisi V DPR Aceh juga memeriksa sejumlah ruangan rumah sakit pelat merah tersebut. Salah satu ruangan disidak adalah ruang Pinere RSUDZA tempat pasien Covid-19 dirawat.

"Sidak kali ini terkait meningkatnya kasus Covid-19 di Aceh, maka kita sidak ke Ruang Pinere tempat dirawatnya pasien Covid-19. Kita juga meminta informasi terkait pelayanan yang diberikan kepada pasien," kata Falevi Kirani kepada Kantor Berita RMOLAceh, Ahad, 25 April 2021.

Falevi mengatakan, berdasarkan laporan petugas, saat ini jumlah pasien Covid-19 yang dirawat diruang Pinere sebanyak 34 orang pasien. Mereka kebanyakan berasal dari luar Kota Banda Aceh.

Falevi menyampaikan, pihaknya menerima laporan dari Kepala Ruang Rawat Pinere bahwa saat ini mereka kekurangan tenaga kesehatan dan mengaku kewalahan jika jumlah pasien terus bertambah setiap harinya.

"Dikarenakan untuk merawat 34 orang pasien Covid-19 hanya 4 orang perawat pershif yang standbay," kata Falevi mengutip Kepala Ruang Rawat Pinere RSUDZA.

Selain itu, lanjut Falevi, pihak rumah sakit milik Pemerintah Aceh juga mereka mengeluh kekurangan sejumlah alat kesehatan (Alkes) yang diperuntukkan untuk pasien Covid-19.

Sejumlah alat kesehatan yang diperlukan itu yakni CCTV 18 Unit, Papan Grafik 1 Buah, Sentral Monitor 2 Unit, USG Portable 1 Unit, Xray 1 Unit, dan Monitor Dinding (Nihon) 10 Unit.

"Alat-alat tersebut sangat dibutuhkan guna memantau berbagai kondisi sinyal tubuh pada pasien dan digunakan untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah dan denyut nadi pada pasien yang menderita Covid-19.," ungkapnya.

Oleh karena itu, Falevi meminta Pemerintah Aceh beserta gugus tugas penanggulangan Covid-19 Aceh agar serius bekerja untuk dalam menghentikan penyebaran dan penularan virus corona di Tanah Rencong.

"Pemerintah Aceh maupun Gugus Tugas Covid-19 jangan hanya serius beretorika tetapi nihil dalam bekerja memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Aceh," tegasnya.

Mengingat, kata Falevi, ini sudah tahun ke 2  pandemi virus corona tetapi Pemerintah Aceh belum memiliki kesiapan yang matang dan terkesan jalan ditempat dalam mengantisipasi kemungkinan peningkatan kasus dalam jumlah signifikan kedepan. 

Politikus Partai Nanggroe Aceh (PNA) ini mengaku miris terhadap kesigapan Pemerintah Aceh dalam penanganan Covid-19. Padahal, anggaran refocusing untuk penanganan wabah corona tahun 2020 sangat besar.

Falevi menyampaikan, para tenaga kesehatan (Nakes) yang bertugas merawat pasien Covid-19 juga mengeluh lantaran hingga saat ini insentif mereka belum juga kunjung selesai dibayar oleh Pemerintah Aceh.

"Kita minta Pemerintah Aceh segera selesaikan ini. Pemerintah Aceh dan Ketua Gugus Tugas harus lebih serius, masak alkes masih kekurangan untuk tangani pasien Covid-19," ujarnya.